MALANGVOICE– Produk domestik regional bruto (0DRB) Kota Batu dalam kurun waktu 2019-2023 berada di atas capaian Pemprov Jatim bahkan nasional. Meski begitu, situasi ini tidak linear dengan penanganan kasus stunting.
Prevalensi stunting di Kota Batu masih tinggi yakni 10,65 persen per September 2024. Sekalipun angka ini mengalami penurunan dari angka sebelumnya yakni 12,16 persen pada 2023.
Persoalan ini butuh penanganan yang serius. Para kandidat kepala daerah dituntut untuk jeli melihat akar permasalahan stunting yang terjadi dan bagaimana memperbaiki pola pikir masyarakat. Terutama pengaduan ibu hamil dan memberikan asupan gizi bagi balita. Hal ini guna menanggulangi kasus gizi buruk demi terwujudnya generasi Indonesia Emas 20245.
KriDa Targetkan 0 Stunting hingga Jadikan Kota Batu sebagai Kota Pendidikan Terbaik di Indonesia
Menanggapi hal itu, Cawali Kota Batu, Kris Dayanti menegaskan, intervensi stunting harus didasarkan pada data. Karena, menurutnya, sebagian kepala daerah Malang Raya, termasuk Kota Batu mengklaim, kasus stunting di berada di angka 14 persen. Secara nasional, prevalensi stunting berada di angka 21 persen.
“Dari 2019 sampai sekarang, kasus stunting menurun sebanyak 25 persen 25 persen. Namun jika belum menyentuh 0 tentu ada anak-anak di Kota Batu yang mengalami stunting,” ujar Kris Dayanti.
Ia menargetkan kasus stunting di Kota Batu 0 persen. Karena itu pihaknya memiliki sejumlah program memasifkan intervensi gizi. Mengingat penanganan stunting butuh tidak bisa dilakukan secara parsial, tapi harus menyeluruh. Mulai dari mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di tiap posyandu. Termasuk melibatkan para ibu-ibu penggerak PKK memberikan edukasi pemenuhan gizi dan monitoring ibu-ibu hamil terhadap kesehatan janin yang dikandungnya.
“Karena itu setiap bertemu ibu-ibu muda, bagaimana mereka harus tahu 1000 hari kehidupan. Kadang mereka lupa, karena 1000 hari dihitung setelah melahirkan. Padahal pemenuhan gizi harus diberikan sejak bayi dalam kandungan,” urai KD.
Untuk itu, paslon Kris Dayanti-Kresna Dewanata Prosakh (KriDa) akan meningkatkan layanan kesehatan di tiap-tiap Posyandu. Karena selama ini masyarakat berasumsi bahwa layanan kesehatan di posyandu masih belum memadai, terutama dalam kemandirian farmasi dan alat kessehatan. Padahal posyandu adalah tempat awal terbentuknya siklus kehidupan. Rendahnya kesadaran masyarakat ini bisa dilihat dari kasus kematian ibu dan anak yang tercatat ada 15 kasus selama 2024.
Berkaitan dengan hal itu, paslon KriDa akan meningkatkan alat-alat kesehatan yang lebih canggih di posyandu. Karena pemenuhan gizi harus diberikan sejak janin dalam kandungan. Pemenuhan gizi bagi anak-anak di bawah dua tahun (baduta) menjadi kunci penting menciptakan generasi cerdas demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Tentunya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka stunting dapat menurun. Kami berupaya dapat meningkatkan PDRB yang berkorelasi terahdap kesejahteran dan tekoneksinya pemenuhan gizi, meminimalisir terjadinya kasus stunting,” imbuh Dewa, sapaan Kresna Dewanata Prosakh.(der)