MALANGVOICE– Kolaborasi antarlini sangat diperlukan dalam upaya melestarikan sumber daya air. Mengingat saat ini ketersediaan air yang lekat dengan sumber kehidupan mengalami ancaman. Jika tanpa ada upaya konservasi, maka bukan tak mungkin terjadinya krisis air di masa mendatang.
Komitmen konservasi sumber air dengan melibatkan berbagai pihak begitu terasa saat digelarnya ‘Sapto Wening Ing Tirto’ Sumber Cinde, Desa Bumiaji, Kota Batu, Minggu (13/10). Kegiatan itu diselenggarakan dalam rangka peringatan 7 tahun komunitas pelestari lingkungan Sapu Bersih Nyemplung Kali (Sabers Pungli).
Kegiatan tersebut juga didukung Perum Jasa Tirta I (PJT I) dan PLN Nusantara Power UP Brantas. Dua perusahaan milik negara itu berkolaborasi membuat 50 sumur resapan yang terbagi di dua desa Kota Batu, yakni Desa Bumiaji dan Desa Junrejo. Pembuatan sumur resapan tersebut merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial.
Nadah Banyu, Melestarikan Tradisi untuk Gerakan Konservasi Air
Kepala Divisi Jasa ASA WS Brantas PJT I, Hermawan Cahyo Nugroho memaparkan, pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Mulai dari konservasi vegetatif melalui gerakan penghijauan atau penanaman pohon di sekitar area resapan. Bentuk lainnya berupa konservasi sipil teknis seperti pembuatan biopori dan sumur resapan.
“Pada kesempatan kali ini, Jasa Tirta bekerja sama dengan Sabers Pungli, pemdes di Kota Batu dan PLN Nusantara Power membuat sumur resapan,” ujar Hermawan.
Ia mengatakan, gerakan konservasi sangat diperlukan agar sumber air tetap terjaga. Sehingga ketersediaan air dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Jangan sampai terjadi krisis yang ujungnya menjadikan air sebagai sumber daya yang mahal.
Kali ke Tiga Longsor Lagi, Seperti Ini Kondisi Jalan Provinsi Batu-Kediri
“Maka itu, harapannya semua masyarakat bersama-sama turut melestarikan. Jangan sampai anak cucu kita kesulitan mendapatkan air di masa depan,” ujar dia.
Hermawan menjelaskan, sumur resapan sebagai media menabung air. Yakni proses memasukkan air buangan dari aktivitas sehari-hari ke dalam tanah. Ketika kembali ke bumi, air tersimpan menjadi tabungan air saat musim kemarau. Istilah sumur resapan digunakan agar mudah dipahami.
“Intinya apa yang kami buat masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan sumur resapan di Kota Batu. Jadi harapan ini adalah titik awal untuk memantik perusahan-perusahaan lain bergerak, peduli terhadap kegiatan pelesatarian air,” tandas Hermawan.
Sementara Senior Manager PLN UP Brantas, Arfan mengatakan, pihaknya sangat antusias mendukung konservasi sumber air. Apalagi, dalam pengoperasian pembangkit listrik sangat bergantung dengan air sebagai sumber energi penggerak utama.
Pembangkit listrik tenaga air selaras dengan tujuan pemerintah yang mencanangkan Nett Zero Emmision di tahun 2026. Karena pemanfaatan tenaga hidro menjadi sumber energi baru terbarukan menuju green energy. Sehingga pihaknya sangat konsen dalam melestarikan alam, salah satunya menjaga sumber-sumber mata air.
“Ketersediaan sumber daya air sangat penting, terutama di lokasi yang berhubungan dengan PLTA. Maka komiten kami mendukung alam lestari yang memberi manfaat bagi masyarakat. PLTA memanfaatkan debit air, bukan volumenya. Volumenya dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari,” pungkas Arfan.(der)