MALANGVOICE – Wali Kota Malang, Sutiaji menjamin pendidikan anak dari korban Tragedi Kanjuruhan yang baru saja meninggal dunia, Andi Setiawan (33).
Sutiaji bersama Kadinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif hingga Kadinsos-P3AP2KB Kota Malang, Penny Indriani bahkan ikut melayat sampai mengikuti proses pemakaman ke rumah duka di kawasan Mergosono pada Selasa (18/10) sore.
Andi merupakan korban ke 133 dalam peristiwa kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia yang terjadi pada 1 Oktober lalu. Aremania Mergosono ini meninggalkan dua anak.
Baca Juga: Korban Tragedi Kanjuruhan Bertambah, Total 133 Orang
Sutiaji mengatakan, kedua anak korban langsung diambil alih pemerintah kota dan provinsi. Tujuannya untuk menjamin pendidikan sang anak sehingga tidak sampai putus sekolah.
“Anaknya SD kelas 4 dan 5. Insyaallah kami akan tanggung jawab kelangsungan pendidikan anak almarhum,” kata Sutiaji.
Pendidikan kedua anak Andi hingga tamat SMP nanti akan dijamin Pemkot Malang. Selanjutnya ketika menempuh SMA akan diserahkan pengawasannya ke Pemprov Jatim.
“Jadi makanya kami ajak semua sampai kepala dinas untuk mengawal terus. Mulai tingkatan RT, Lurah, semuanya mengawal sang anak almarhum,” lanjutnya.
Sutiaji mewakili Pemkot Malang mengaku sangat berduka atas meninggalnya satu korban lagi akibat Tragedi Kanjuruhan. Ia mengaku sudah komitmen bersama seluruh kepala daerah se Malang Raya agar terus mendorong pihak berwenang untuk mengusut tuntas peristiwa itu.
Dengan begitu, total korban meninggal dunia dari Kota Malang berjumlah 31 orang.
“Ini langsung masuk data untuk diberikan bantuan dari pemerintah,” tegas Sutiaji.
Kritis Selama 16 Hari di ICU RS Saiful Anwar
dr Eko Novianto Spesialis Anastesi dan Perawatan Intensif ICU RSSA Malang menjelaskan, Andi Setiawan meninggal dunia pada Selasa (18/10) pukul 13.20 WIB.
Ia mengalami multi trauma dan penurunan kondisi sejak hari pertama pasca-tragedi.
“Pasien ada luka memar di bagian paru-paru, serta mengalami patah tulang iga dan patah tulang paha sebelah kanan,” kata dia.
Karena kondisi Andi terus memburuk saat dirawat, tim medis terpaksa menunda operasi.
“Kondisi korban yang tidak stabil jadi kami belum memungkinkan untuk melakukan operasi. Jadi kami memberikan tindakan penanggulangan seperti patah tulang yang dialami korban,” jelasnya.(der)