Dampak Pengalihan Arus Lalin di Soehat, Penghasilan PKL Menurun hingga 50 Persen

MALANGVOICE – Kebijakan penerapan pengalihan arus Lalu Lintas (Lalin) di Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Trunojoyo Kota Malang ternyata berdampak pada menurunnya penghasilan para Pedagang Kaki Lima (PKL).

Seperti yang dialami Nuril Setiawan, penjual angsle di depan Taman Krida Budaya, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang.

Ia mengaku sejak penutupan akses lalu lintas dilakukan pada Rabu (26/1) hingga Jumat (28/1) kemarin berdampak pada jumlah penjualan dagangannya.

Ia mengatakan sebelum penerapan kebijakan pengalihan arus lalin, Nuril bisa menjual sekitar 100 mangkok angsle dalam satu hari.

“Sekarang ditutup jalannya itu ya cuman kurang lebih 50 mangkuk yang bisa terjual,” ujarnya saat ditemui awak media, Sabtu (29/1).

Nuril pun menyampaikan, waktu ramai-ramainya pelanggan di tempat ia berjualan itu adalah saat pengalihan arus lalin berlangsung. Yakni, sejak pukul 19.00 hingga 23.00.

“Ya dengan ditutup orang-orang jadi pikir-pikir mau keluar. Ya beli sekarang ini kebanyakan yang rumahnya di kawasan Soehat aja untuk saat ini,” kata dia.

Perlu diketahui ada sekitar 30 PKL yang berjualan di depan Gedung Taman Krida Budaya, Jalan Soehat, Kota Malang. “PKL itu menjadi pekerjaan utama sebagian besar pedagang di kawasan sini,” ucap Nuril.

Sementara itu, salah satu warga sekitar, Nesia Umu Khasanah, yang ditemui di kawasan Jalan Soekarno-Hatta saat pengalihan arus lalin berlangsung Jumat (28/1) kemarin, mengaku turut mendukung kebijakan yang ditujukan untuk menekan penyebaran Covid-19 melalui penguraian kerumunan tersebut.

“Kalau saya sih pro aja karena ini kan untuk kebaikan kita semua dan ini merupakan gerakan dari Indonesia untuk mengurangi banyaknya pasien Covid-19. Pengennya nggak ada gelombang selanjutnya,” terangnya.

Menurutnya, pengalihan arus lalin di dua Jalan itu sudah tepat. Sebab, keramaian sering muncul di kawasan Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Trunojoyo.

Meski mendukung pengalihan arus lalin tersebut, Nesia juga menyampaikan perlu ada perhatian kepada nasib para pedagang yang turut terdampak kebijakan tersebut.

“Kalau saya lihat sendiri di titik-titik yang ditutup itu memang ramai. Jadi bener aja sih kalau dikurangi, tapi kalau lihat kayak pedagang itu sih yang harus dipikirin jalan keluarnya seperti apa,” tandasnya.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait