MALANGVOICE – Sejak satu bulan terakhir kasus kematian Covid-19 mengalami lonjakan. Hal itu berdampak pada tingginya permintaan peti mati hingga membuat perajin kewalahan.
Seperti yang dialami Antonius Budi Wantoro (65), pemilik usaha peti mati Eka Budi di kawasan Jalan Kemantren 1, Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
Budi menyampaikan sejak satu bulan terakhir ini memang sempat kewalahan karena pesanan peti mati perhari mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
“Sebelum Covid-19 itu paling banyak hanya membuat 15 peti mati. Tapi sekarang satu hari bisa buat sampai 55 peti mati paling banyak,” ujarnya Sabtu (17/7).
“Sampai-sampai yang biasanya nyimpen stock, sekarang nggak bisa. Jadi habis buat langsung kirim gitu terus,” imbuhnya.
Akibat peningkatan pesanan itu, Budi melakukan penambahan jumlah pegawai hingga tambahan jam operasional untuk menyelesaikan permintaan peti mati.
“Pegawai sebelumnya ada 5 sekarang tambah jadi 15 orang. Lalu jam operasional biasanya dari jam 08.00 sampai 18.00 sekarang bisa sampai 24 jam saya bagi dua shift,” tuturnya.
Budi menyampaikan produksi peti mati ini tidak hanya untuk pasien Covid-19 saja, namun dia juga menyediakan bagi yang biasa atau non Covid-19. Meski begitu, dia tidak menampik peningkatan produksi ini memang kebanyakan dari pasien Covid-19.
“Saat ini memang lebih banyak untuk pasien Covid-19. Tapi kemarin juga ada empat yang biasa (non Covid-19) di makamkan,” terangnya.
Saat ini Budi telah melayani kebutuhan peti mati untuk Rumah Sakit se Malang Raya, Puskesmas, hingga luar kota.
“Ada beberapa RS yang saya tangani ada juga TPU dan Puskesmas. Saya juga kirim untuk luar kota seperti ke Pandaan, Pasuruan, Blitar dan beberapa daerah lain,” tandasnya.(der)