MALANGVOICE – Beredar video mengeluhkan pelayanan pemakaman jenazah di RS Saiful Anwar.
Video berdurasi 2.17 menit ini sempat viral di media sosial dan WhatsApp pada Kamis (15/7).
Dalam video tersebut, diungkapkan keluhan karena jenazah kerabatnya sudah mengantre selama 28 jam lebih tidak ditangani atau dimakamkan.
“Ini kita sudah di RSSA kita sudah dari jam 01.00 pagi dan jam 17.00 sore belum diambil juga saya tidak tahu mengapa demikian. Mungkin karena kita tidak memberikan uang atau apa saya gak tahu. Sudah sampai jam 17.00 sore ini belum juga diangkut. Sebenarnya bukan apa-apa. Tapi kalau makin lama makin membusuk dan membahayakan warga sekitar,” tutur pria yang merekam video itu.
Selain itu, ada pria lain yang menyampaikan permintaan kepada Wali Kota Malang, Sutiaji untuk melakukan tindak lanjut atas sistem kerja yang ada di RSSA Malang.
“Buat bapak Wali Kota Malang (Sutiaji) mohon ditegur siapa ketua gugusnya. Keluarga ini udah banyak yang antri atau bagaimana tapi ini dikirim sesuai nomor antrian. Kemarin ini nomor 19 tapi sampai sekarang belum terangkut. 28 jam lagi belum diangkut ini kita tunggu beberapa jam lagi membusuk,” ucap dia.
Disampaikan juga bahwa tim pemakaman jenazah yang sudah berada didalam peti tersebut telah bersiap sejak jam 06.00 pagi.
“Tim pemakaman di sana mulai jam 06.00 sudah menunggu. Jarak Mergosono dan RSSA tiga kilometer tapi belum dikirim-kirim ini sebabnya apa? Mohon dikoreksi dan mohon dikroscek sama tim gugus Covid-19,” kata dia.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, memang proses pemulasaran hingga pemakaman jenazah itu memerlukan waktu lebih. Apalagi saat meninggal di malam hari.
“Jenazah yang meninggalnya diatas pukul 22.00 malam mesti dilakukan pemulasaran pada pagi hari. Kalau pagi berarti kan masih nunggu dan sempet temen-temen kemarin yang tim pemakaman dia baru bisa mulai diatas pukul 10.00 nah. Pukul 10.00 ini kan masih ada yang hari kemarin sisanya (yang belum dimakamkan) sehingga ini terjadi penumpukan pemakaman,” ujarnya Jumat (16/7).
Salah satu alasan lain munculnya antrean pemakaman jenazah itu dikarenakan lokasi pemakaman yang terpisah di berbagai tempat, mengakibatkan banyak waktu petugas yang terbuang saat mobilitas dari satu tempat ke tempat lain.
“lah, kemarin saya sempat meninjau lokasi untuk pemakaman terbuka. Jadi Lambatnya itu kan karena harus ngambil satu itu yang satunya harus makamnya jadi lambatnya itu ada di mobilitas,” tuturnya.
Bagi masyarakat yang tidak sabar menunggu antrean, Sutiaji juga mempersilakan untuk melakukan pemakaman secara mandiri. Tentunya dengan ambulan yang sudah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan diterapkan dengan protokol kesehatan (Prokes).
“Kalau enggak salah kemarin itu ada 4 yang dimakamkan masyarakat sendiri dengan protokol kesehatan,” jelasnya.
Terkait dengan dugaan di video tersebut harus membayar terlebih dahulu agar bisa cepat dimakamkan, Sutiaji meminta untuk membuktikan jika memang benar ada penarikan dari tim pemakaman atau petugas RSSA Malang.
“Jadi jika memang ada dengan membayar bisa dipercepat dan ada bukti, maka akan kami tindak secara tegas,” tandasnya.(der)