MALANGVOICE – Lokasi kecelakaan maut yang menewaskan 8 orang penumpang Pick-up L-300 di Jalan Raya Dusun Simpar, Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo, ternyata dekat makam massal atau tempat membuang jasad orang yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
Hal itu diungkapkan salah satu Dusun Simpar, Desa Wringinanom, Poncokusumo, Supa’at.
Kakek berusia 111 tahun tersebut sempat kaget mendengar kabar tentang peristiwa yang membuat warga setempat sedih.
“Kasihan sebenarnya, tapi memang zaman sekarang harus hati-hati ketika melakukan sesuatu hal, pokoknya semua harus hati-hati, tidak boleh sembrono,” kata kakek yang akrab disapa mbah Pa’at.
Menurut Mbah Pa’at, didekat TKP kecelakaan itu, dulu terdapat satu liang yang digunakan untuk menguburkan para PKI.
“Di situ pas zaman PKI tempat pembuangan orang PKI, ada banyak orang dikuburkan dalam satu liang. Kalau 100 orang ya lebih, lubangnya cuma satu saja. Mayat-mayat tersebut bukan orang Desa Wringinanom. Tapi orang-orang luar yang dibunuh lalu dikuburkan di sini. Kala itu saya sudah punya anak satu, cuma tahunnya saya lupa,” ucapnya.
Menurut Mbah Pa’at, ketika itu para PKI dibawa dengan truk dan dikuburkan pada tengah malam, atau sekitar pukul 01.00 WIB.
“Warga sini tidak boleh melihat ketika proses pemakaman itu. Kami pun juga tidak berani melihat, takut waktu itu,” cerita Mbah Pa’at sembari mengingat kejadian masa lampau itu.
Lanjut Mbah Pa’at, pada peristiwa penguburan para PKI itu, dirinya bersama keluarganya bersembunyi di bawah kursi.
“Jangankan keluar rumah, mengintip dari dalam rumah saja tidak berani. Saya sama keluarga ya sembunyi masing-masing, ada yang dibawah kursi, ada yang dibalik tikar,” katanya.
Ketika peristiwa kelam itu terjadi, kawasan tersebut dikenal angker oleh warga setempat. Sebab, saat itu wilayah Wringinanom adalah hutan lebat dan belum banyak rumah yang berdiri seperti saat ini. Jika ada rumah, itupun terbuat dari anyaman bambu dan kayu, bahkan penerangan pun juga masih mengandalkan cahaya dari api.
“Dulu di Wringinanom itu memang belum ada lampu. Jangankan di jalan, rumah warga pun masih menggunakan lampu templok. Jadi pantas jika di sana terkenal angker. Kalau sekarang sudah tidak,” jelasnya.
Ketika ditanya apakah kawasan tersebut kerap terjadi kecelakaan, mbah Pa’at membenarkannya. Memang, sejak dulu, kawasan itu memang menjadi langganan kecelakaan lalu lintas.
“Untuk korban yang paling banyak ya peristiwa kemarin (beberapa hari, red) lalu, yang korbannya sebanyak 8 orang itu kalau tidak salah,” tegasnya.
Sebagai informasi, laka tunggal mobil bak terbuka atau pick-up Mitsubishi L-300 yang menewaskan 8 orang, dari 14 orang penumpang tersebut masih menjadi buah bibir banyak orang.
Apalagi, kecelakaan tersebut terjadi karena sang sopir dianggap lalai ketika berkendara sehingga membuat mobil yang dikemudikan menabrak satu pohon yang berada dipinggir jalan raya.
Uniknya, pohon tersebut tidak roboh atau mengalami kerusakan parah, justru hanya terkelupas kulit luarnya saja. Namun kendaraan L-300 yang menabrak justru ringsek dibagian depan hingga menyebabkan sopir mengalami patah tulang akibat gencatan yang cukup keras.
Kini sang sopir kendaraan pick-up itu, Muhammad Asim (44), warga Desa Ranupane, Senduro, Lumajang ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Malang akibat lalai dalam berkendara.(der)