Wujudkan Kota Malang Bebas Kumuh, Mahasiswa UM Terapkan Sianida dan Kosmata

Tim Mahasiswa UM. (Istimewa)

MALANGVOICE – Salah satu indikator untuk terwujudnya kota wisata yang baik adalah sistem sanitasi yang berfungsi dengan baik, termasuk pengolahan air limbah, sampah, dan penyediaan air bersih. Faktanya 17 persen masyarakat Kota Malang belum menerapkan sanitasi layak.

Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menciptakan sebuah program Sianida (Sistem IPAL dan Sanitasi Cerdas) dan Kosmata (Kompos Human Excreta). Mereka terdiri dari Maria Carolina Yuaniar (Teknik Sipil), Ardhi Catur Kurniawan (Teknik Elektro), Feri Kurniawan (Teknik Elektro), Mastika Marisahani Ulfah (Biologi) dan Siti Hartinah Qurbayni (Kimia).

Maria mengatakan, di sepanjang pemukiman penduduk Kelurahan Kota Lama, misalnya, di pinggir sungai kondisi sanitasinya tidak layak dan kumuh. Warga masih membuang sampah ke sungai, tidak mempunyai septic tank, dan masih ditemui kebiasaan BAB sembarangan di sungai.

“Kurangnya kesadaran akan kebersihan berimbas pada penurunan kesehatan masyarakat. Terbukti menurut statistik ada 88 persen kematian manusia akibat diare di seluruh dunia karena tidak layaknya sanitasi,” kata Maria, Kamis (31/5).

Dia menambahkan, yang menjadi sasaran utama program ini adalah Karang Taruna Kebalen Wetan. Tim menilai kegiatan Karang Taruna tersebut masih kurang. Selain itu anggota Karang Taruna punya potensi untuk dibina menjadi lebih produktif dan terarah.

Pelaksanaan program diharapkan bisa meningkatkan kondisi sanitasi. (Istimewa)

Program yang dijalankan meliputi penerapan sanitasi yang layak secara teori maupun lapangan dengan melatih proses pembuatan IPAL. Jenis IPAL yang digunakan adalah sistem Anaerobic Filter yakni dengan media filter pasir vulkanik dan arang aktif.

“Media ini bisa memfilter air lebih maksimal. Arang aktif untuk memfilter air jadi jernih lagi dan menghilangkan bau tak sedap dari limbah. Dalam sistem ini ditambahkan media pasir vulkanik yang jarang digunakan pada IPAL yang sejenis. IPAL jenis ini keunggulannya hemat lahan,” kata Maria.

Selain itu, lanjut Maria, IPAL ini lebih inovatif karena ditambahkan sistem pengolahan kmpos secara otomatis sehingga padatan yang ada pada IPAL dapat langsung diolah menjadi kompos cair.

“Masyarakat juga kami ajarkan cara membuat starter kompos dari limbah organit padat rumah tangga dan bakteri EM4. Dengan begitu masyarakat akan hemat tanpa membeli bakteri kompos.

Tim yang dibimbing dosen ahli teknik lingkungan UM, Dr Anie Yulistyorini, ini berharap, masyarakat bisa memanfaatkan sistem IPAL ini sebagai potensi berwirausaha. Masyarakat juga diaharapkan memulai kebiasaan buang sampah disungai.

“Kalau semua ini terwujud maka kami bisa mendukung program Kota Malang Bebas Kumuh 2019 secara maksimal,” pungkasnya. (Der/Ery)