MALANGVOICE- Politeknik Negeri Malang (Polinema) menggelar wisuda tahap IV pada 30 November 2024. Total ada 826 wisudawan yang dikukuhkan dari 34 program studi.
Lulusan Polinema tahap IV ini kebanyakan berasal dari PSDKU Kampus Kediri, Lumajang, dan Pamekasan.
“Sebagian besar berasal dari PSDKU dan menghendaki wisuda bersama-sama di Polinema. Alhamdulillah sudah terfasilitasi dengan baik,” kata Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo.
Momentum HUT KORPRI, Polinema Komitmen Bangun Zona Integritas dan Wilayah Bebas Korupsi
Dengan terlaksananya wisuda tahap IV atau yang terakhir di 2024 ini, Polinema sudah meluluskan sejumlah 2.479 wisudawan dari 28 program studi, termasuk diantaranya dari Polinema Kampus Kediri, Lumajang, dan Pamekasan.
Ia merinci dari total lulusan Polinema tahap pertama hingga keempat ada sekitar 85 persen keterserapan di dunia kerja maupun magang. Data tersebut diambil secara sampling kepada beberapa lulusan dan masih akan bertambah.
“Dari 85 persen lulusan itu, 90 persen terjun ke dunia usaha dan industri. Sementara sisanya hampir imbang 5 persen ke wirausaha atau magang studi melanjutkan D4 atau S2,” lanjutnya.
Supriatna berpesan kepada para lulusan Polinema agar terus mengembangkan soft skill untuk menghadapi tantangan baru di masa sekarang maupun masa depan.
Salah satu isu strategis di bidang pendidikan adalah terkait dengan persoalan mendasar khususnya dalam dunia pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tiga tantangan prioritas yaitu: Kesenjangan Akses, Kesenjangan Kualitas, dan Kesenjangan Relevansi.
Pertama, terkait kesenjangan akses dapat diperoleh data angka partisipasi kasar akses pendidikan tinggi di Indonesia ada di kisaran 30-40%. Artinya jumlah lulusan SMA/SMK/Sederajat yang kuliah masih terbatas. Angka tersebut masih di bawah Vietnam dan Thailand, bahkan Singapura.
Kedua, kesenjangan kualitas digambarkan dengan jumlah PTN dan PTS di Indonesia yang terbilang fantastis yaitu berkisar 4.356 perguruan tinggi. Banyaknya perguruan tinggi menimbulkan kesenjangan kualitas, baik dari aspek mutu pembelajaran maupun dosennya.
Ketiga, kesenjangan relevansi yang saat ini dapat diminimalisir dengan hadirnya Program Merdeka Belajar, kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri semakin dipersempit.
Dikatakan Supriatna, guna menjawab kesenjangan tersebut, maka Polinema menetapkan arah dan kebijakan strategi melalui peningkatan angka partisipasi akses pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi, serta meningkatkan mutu Dosen dan Tenaga Kependidikan.
“Selain itu, juga penguatan tata kelola pendidikan tinggi, penguatan visi riset, inovasi, serta pengabdian kepada masyarakat,” tutupnya.(der)