Warga Keluhkan Helatan Malang Night Culture, ini Jawaban Pemkot Malang

Unggahan warganet mengeluhkan kegiatan Malang Night Culture and Art di Simpang Balapan, Jumat lalu (17/11).

MALANGVOICE – Gelaran Malang Night Culture and Art di Simpang Balapan, Sabtu malam lalu (17/11) sukses dihelat. Namun, rupanya menyisakan masalah. Beberapa masyarakat meluapkan kekesalannya melalui media sosial.

Warga mengeluhkan penyelenggaraan acara yang memasang pagar besi. Sehingga penonton kurang nyaman menyaksikan gelaran seni dan budaya tersebut. Seperti unggahan pemilik akun Teguh Agus di Facebook Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang) misalnya.

“Ini, acara khusus para undangan pejabat Malang atau untuk rakyat???? kok kita warga nggak ada akses untuk nonton, kalau khusus undangan kenapa nggak di hotel atau rumah wali saja. Kok cik eram tenan lek mageri,” tulisnya.

Unggahan kekesalannya menuai banyak komentar warganet hingga ratusan komentar. Mayoritas mendukung apa yang diunggahnya tersebut. Namun tak sedikit diantaranya enggan membesar-membesarkan.

Hal senada disampaikan akun lain seperti Sam Dadang. Dalam unggahan yang sama di Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang).
“Hahaha lucu.. jare pertunjukan dan hiburan gae warga malang.. lha sing iso delok mek undangan ambek pejabat tok. terus wargae ndelok nang pinggirane panggung.. mending lak ngadakno acara nang gedung ae khusus undangan ojo ngundang warga gae ndelok. Yoopo bes Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko #malangnightcultureandart (hahahaha lucu.. katanya pertunjukan dan hiburan untuk warga malang.. tapi yang bisa menonton hanya undangan pejabat dan warganya menonton dipinggiran panggung.. mending mengadakan acara di gedung dan khusus bagi undangan. Jangan ngundang warga untuk menonton. Bagaimana pak Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko #malangnightcultureandart),” tulisnya.

Unggahan tersebut viral bahkan masih menjadi perbincangan warganet sampai sekarang ini. Merespon hal itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni pun angkat bicara. Bahkan secara khusus, perempuan yang akrab disapa Dayu ini menyampaikan permohonan maaf atas ketidak nyamanan yang diterima masyarakat.

“Kami panitia mohon maaf atas ketidak nyamanan saudara. Maksud dari pemasangan pagar tidak lain demi tertib dan amannya sebuah kegiatan,” kata Dayu kepada MVoice, Senin (19/11).

Dayu menambahkan, untuk keamanan serta kenyamanan sebuah acara maka panitia sengaja mengundang tamu dari jajaran Pemerintah Kota Malang serta stakehokder terkait.

Namun, pihaknya tidak menyangka antusiasme masyarakat sangat tinggi sehingga kursi yang disediakan tidak cukup.

“Yang tidak membawa undangan bisa menyaksikan di sekitar acara dan sepanjang jalan yang dilalui parade,” kilahnya.

“Memang untuk kursi yang disiapkan panitia terbatas mengingat areal yang tidak begitu luas. Sehingga tidak semua masyarakat yang hadir dapat terakomodir,” imbuhnya.

Apa yang diutarakan masyarakat melalui media sosial diapresiasinya. Menurutnya hal ini juga sebagai kritik agar penyelenggaraan ke depan lebih baik lagi.

“Terimakasih atas perhatian dan masukannya. Sehingga ke depan kami bisa menyajikan tampilan budaya yang lebih spektakuler dan berkualitas dengan tingkat kenyamanan dan keamanan penonton yang terjamin. Ke depan akan kami perbaiki dan terima kasih atas kritiknya,” pungkasnya.

Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Malang Achmad Supriadi menambahkan, pihaknya sangat menyesalkan apa yang terjadi. Maka disampaikan pula permohonan maaf yang besar atas ketidaknyamanan selama acara berlangsungn. Pihak panitia, menurutnya, telah mengevaluasi dan memperhatikan keamanan dan kenyamanan masyarakat serta penonton lebih ekstra lagi ke depannya.

“Kami memohon maaf kepada masyarakat, dan semuanya sudah kami evaluasi untuk diperbaiki,” tutupnya.(Hmz/Aka)