MALANGVOICE – Warga Desa Giripurno yang sawahnya porak-poranda akibat banjir bandang, melakukan aksi solidaritas pemulihan lahan.
Upaya yang dipusatkan di Jurang Susuh, Dusun Sawahan, Desa Giripurno ini didukung sebuah komunitas edukasi pertanian di Kota Batu, Tajuk Tani. Komunitas ini pula yang menginisiasi restorasi lahan milik petani terdampak.
Seperti diketahui, banjir bandang yang menerjang wilayah Kota Batu pada 4 November 2021 lalu menimbulkan kerugikan tidak sedikit bagi masyarakat.
Sejumlah rumah milik warga Desa Bulukerto rusak berat. Kerugian lainnya juga dirasakan petani Desa Giripurno yang lahan pertaniannya morat-marit.
Ketua Pelaksana Gerakan Sosial Tajuk Tani, Andik Kurniawan mengatakan, aksi itu tak berhenti sekadar membenahi lahan rusak, namun ada keberlanjutan berupa pendampingan selama satu bulan mendatang.
Harapannya tentu saja lahan pertanian bisa kembali produktif menghasilkan produk pertanian.
Selain itu Tajuk Tani juga menyerahkan bantuan berupa paket sembako, sarana produksi pertanian seperti pupuk dan obat pertanian hingga uang tunai.
“Aar semangat mereka bangkit lagi dan kembali menggarap lahannya sebagai sandaran hidup,” harap Andik.
Apresiasi positif datang dari Dinas Pertanian Kota Batu. Sekretaris Dinas Pertanian, Heru Yulianto, berharap kesadaran warga ini bisa terus berjalan konsisten dan tidak hanya seremonial.
Lebih lanjut, pihaknya akan turut mendukung pemulihan lahan dengan pemberian bantuan bibit hingga pakan ternak, tak terkecuali bagi petani terdampak.
“Anggaran untuk ini juga sudah disiapkan di APBD Tahun 2022. Kami dukung penuh kegiatan-kegiatan sosial seperti ini,” terang Heru tanpa menyebut besarnya nominal bantuan.
Kurang lebih sebanyak 150 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Desa Giripurno terlibat dalam gerakan sosial. Mereka bersama menggarap lahan, membangun tanggul dan membuat saluran irigasi.
Salah satu lahan yang dipulihkan milik Sunaryo warga Dusen Durek. Lahannya yang berada di Jurang Susuh seluas 1.100 meter persegi rusak diterjang derasnya arus banjir.
Tanaman selada air yang ditanamnya pun gagal panen. Dirinya pun mencari sumber pendapatan lain untuk menyambung hidup selama dua bulan. Selama menunggu proses pemulihan, pria 53 tahun ini mencurahkan tenaganya untuk merawat domba miliknya.
“Sehari-hari ya hanya bisa cari pakan buat ternak saya. Sudah gak bisa bertani lagi,” kata dia.
Sunaryo merasa bersyukur mendapat perhatian dari rekan sesama petani sehingga kini semangat dalam dirinya kembali muncul.
“Saya ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang mendorong semangat para petani. Ini sesuatu yang menggembirakan dan memberikan semangat bagi saya,” tuturnya.(end)