MALANGVOICE- Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengatakan penyebab banjir yang melanda di puluhan titik pada Kamis (4/12).
Dari data BPBD Kota Malang, setidaknya ada 39 titik yang terdampak banjir. Terparah ada di wilayah Blimbing, Klojen, dan Lowokwaru. Beberapa kendaraan dan rumah warga pun ikut terdampak mengalami kerusakan.
“Kemarin itu kan memang intensitas hujannya tinggi ditambah lagi drainase di Soekarno-Hatta sedang perbaikan,” kata Wahyu.
Progres Masih 14 Persen, Wali Kota Malang Cek Langsung Proyek Drainase Jalan Soehat
Penyebab lain penyebab banjir disebutkan Wahyu Hidayat karena ada temuan sampah yang menumpuk di aliran air.
“Dan beberapa saluran juga kemarin saya cek, itu saya melihat ada beberapa sumbatan seperti bangunan yang berada di tengah saluran, kotoran,” imbuhnya.
Wahyu menyebut, banjir besar tidak akan terjadi apabila intensitas hunan tidak tinggi. Namun hal itu sudah diprediksi BMKG yang menyebut puncak hujan ada di bulan Desember.
“Tetapi kemarin itu memang tinggi sekali intensitasnya,” tambahnya.
Sebagai langkah penanganan, Pemkot Malang melalui dinas terkait sudah melakukan upaya bertahap.
Pemkot Malang berencana melakukan sodetan air di sejumlah titik rawan banjir, seperti di sekitar Kelurahan Lowokwaru, Jalan Kedawung, dan Sudimoro. Menurutnya, langkah ini diperlukan mengingat debit air di Bozem Tunggulwulung saja sudah terlihat sangat tinggi, menandakan volume air dari hulu memang besar.
“Kami dari Pemkot Malang juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kejadian banjir tersebut. Kami terus bergerak dan berupaya melakukan normalisasi, kami juga mengerahkam camat dan lurah, untuk membantu bergerak mengajak masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, khususnya di aliran air,” tandasnya.
Untuk penanganan sementara, Pemkot Malang saat ini melakukan normalisasi sungai dan saluran drainase di titik-titik rawan. Dari hasil peninjauannya, Wahyu menemukan banyak sampah rumah tangga yang menyumbat saluran dan terbawa masuk ke rumah warga saat banjir.
Ia menyebut, genangan setinggi sekitar 1,5 meter yang sempat terjadi hanya berlangsung sekitar 30 menit dan surut kurang dari satu jam. Meski demikian, dampak lumpur dan sampah yang tersisa cukup mengganggu aktivitas warga.
“Banjir meluber di jalan utama itu karena salurannya mampet. Kami cek sendiri, isinya kotoran (sampah rumah tangga, red) semua. Saat ini kami segera melakukan normalisasi. Tapi kalau masyarakat masih membuang sampah ke saluran, ya akan terulang lagi. Ini butuh kesadaran bersama,” tegasnya.
Selain itu, proyek drainase di Jalan Soekarno-Hatta diharapkan bisa mengurangi genangan air ketika hujan. Awal 2026 Pemkot juga akan melanjutkan perbaikan drainase di Jalan Bondowoso.
“InsyaAllah kalau Soehat sudah selesai, lalu Bondowoso awal tahun depan juga diselesaikan, banjir tahun depan akan sangat terkurangi meskipun belum 100 persen,” jelasnya.
Terkait upaya penertiban bangunan liar, Wahyu menegaskan hal tersebut akan menjadi salah satu fokus penanganan banjir. Ia menekankan bahwa persoalan banjir tidak bisa hanya ditangani oleh pemerintah, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat.
“Penanganan banjir itu tidak hanya pemerintah saja. Harus ada kesadaran masyarakat. Kalau saluran sudah dinormalisasi tapi masih dibuang sampah, ya akan mampet lagi,” tutupnya.(der)