Waga Binaan Lapas Kelas I Malang Olah Maggot Menjadi Produk Bernilai Tinggi

Salah satu Warga Binaan , Sucipto saat melakukan pengecekan pada maggot yang dibudidayakan, (dokumen Lapas Kelas I Malang).

MALANGVOICE – Lapas Kelas I Malang terus berinovasi dan mengembangkan program kemandirian warga binaan. Salah satu inovasinya adalah budidaya sekaligus mengolah maggot atau belatung menjadi produk dengan harga jual tinggi.

Salah satu warga binaan (WB), Sucipto yang berkesempatan untuk mengikuti program tersebut, mengatakan maggot hidup dijual pada dasarnya memiliki harga kurang lebih sekitar Rp 6 ribu sampai Rp 7 ribu rupiah perkilo.

Sedangkan maggot yang dikeringkan dan diproduksi menjadi pelet atau pakan ikan bisa memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan maggot basah.

Dalam kesempatan itu, Sucipto membagikan cara mudah yang digunakan Lapas Kelas I Malang dalam mengolah maggot menjadi pelet yang nantinya bisa dijual dengan harga tinggi.

Pertama, maggot hidup direbus menggunakan air panas mendidih, sampai maggot mati. Setelah itu maggot yang sudah mati dijemur selama kurang lebih 1 jam, sambil menunggu kadar air berkurang.

Kemudian, siapkan pembakaran arang beserta pasir secukupnya dan penggorengan. Pasir harus dicuci bersih dahulu, setelah arang sudah siap, pasir dimasukkan ke dalam penggorengan beserta maggot yang telah selesai dijemur tadi.

“Memasaknya harus dengan cara di bolak-balik, agar maggot tidak gosong, kalau gosong tidak dapat dipakai, juga tidak dapat dijadikan pelet maupun pakan hewan,” terang Sucipto.

Setelah benar-benar kering, dan kadar air dalam maggot itu habis, maggot sudah siap di packing dan diedar kan di pasaran.

“Harga maggot kering mencapai Rp 45 ribu sampai Rp 60 ribu perkilonya, dan peminatnya masih banyak di pasaran luar Peminatnya biasanya dari kalangan peternak hewan, khususnya Ikan dan Unggas,” kata Sucipto.

Sementara itu, Kalapas Kelas I Malang, RB Danang Yudiawan, menyampaikan, inovasi dalam unit kegiatan kerja di Lapas terus diciptakan untuk membantu WB memiliki kemampuan dan keterampilan. Sehingga saat warga binaan kembali ke lingkungan masyarakat sudah mempunyai bekal keterampilan yang bisa digunakan.

“Inovasi tiada henti sudah menjadi motto kita, khususnya dalam unit kegiatan kerja yang erat kaitannya dengan pembinaan kepada para warga binaan di Lapas Kelas I Malang, dengan WB yang terampil maka Lapas Kelas I Malang mampu untuk mencetak WB yang bermutu,” kata dia.(der)