MALANGVOICE – Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN) terbaru, 37 persen dari anak Indonesia masih banyak yang mengalami stunting atau kerdil. Penyebab utamanya bisa jadi pada masa kehamilan seorang ibu tidak memperbaiki status gizinya yang membuat berat bayi lahir rendah.
“Dampak stunting ini otot menjadi pendek, anak lahir kerdil, dan otaknya kosong (tak pandai),” tandas kepala BKKBN, Surya Candra S, Senin (17/10).
Sayangnya, dampak ini tak banyak diperhatikan oleh orangtua bayi. Akibatnya, tumbuh kembang anak jelas terganggu dan tidak sesuai dengan usianya. Anak dengan stunting memiliki IQ yang rendah. Kalaupun bersekolah, anak ini pasti sulit merekam pelajaran dengan baik karena daya ingat rendah.
“Paling-paling kuat sampai SD aja. Lalu bagaimana masa depan Indonesia kalau begini?” Tegasnya.
Surya menjelaskan, orangtua harus mencegah sejak masa kehamilan. Seharusnya, ibu hamil dipantau dan diberikan makanan tambahan yang sesuai. Begitu juga saat bayi dan balita mendapat makanan pendamping ASI, harus mendapat makanan tambahan yang penuh gizi. Setiap orangtua wajib menjalankan upaya ini, sekaligus membantu pemerintah untuk menurunkan risiko stunting di masa mendatang.
Presiden Joko Widodo, lanjut dia, ingin sekali kasus ini teratasi segera dengan baik. Butuh kerja sama lintas sektor dan masyarakat supaya cerdas mengatur kebutuhan gizi anak sebaik mungkin.(Der/Ak)