W20 Momentum Kampanyekan Ekonomi Inklusif Melalui Kiprah Perempuan dan Penyandang Disabilitas

Stafsus Presiden RI, Angkie Yudistia menegaskan, pemerintah menyusun program keberpihakan kepada kaum perempuan, terutama kelompok disabilitas agar memiliki kesempatan yang sama dalam mewujudkan ekosistem inklusi ekonomi (Pemkot Batu/Malangvoice)

MALANGVOICE – Melalui penyelenggaaran Women 20 (W20), kesetaraan gender dan pemberdayaan penyandang disabilitas menjadi pembahasan krusial.

Ekosistem yang ramah bagi keduanya sangat ditekankan agar mampu mewujudkan inklusi ekonomi saat pelaksanaan W20 yang digelar mulai 8-10 Maret di Kota Batu.

Staf Khusus (Stafsus) Presiden RI, Angkie Yudistia mengatakan, pemerintah memberikan aksentuasi meningkatkan inklusivitas ekonomi bagi perempuan, utamanya mereka sebagai penyandang disabilitas. Keberpihakan ini karena mayoritas UMKM digerakkan kaum perempuan termasuk di dalamnya ada kelompok difabel.

“W20 momentum mengkampanyekan isu ekonomi inklusif bagi pelaku UMKM yang mayoritas perempuan, utamanya perempuan berkebutuhan khusus. Untuk itu, semua elemen perlu bersatu padu tanpa mendiskreditkan kelompok tertentu sehingga program pemerintah bisa menyentuh secara merata,” papar Angkie saat menghadiri pembukaan W20 di Kota Batu.

Angkie mengatakan, saat ini UMKM yang tumbuh di Indonesia mencapai 65 juta unit dengan kontribusi 61 persen terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Dari jumlah UMKM tersebut, 64 persen pelaku UMKM Indonesia adalah perempuan. Begitu juga dengan kelompok difabel kategori usia kerja, dimana 75 persennya berkecimpung di sektor informal, seperti UMKM. Stimulus bantuan modal juga dikucurkan untuk pemberdayaan UMKM secara berkelanjutan.

Apalagi UMKM berbasis ekonomi kerakyatan, menunjukkan resiliensinya menghadapi hantaman pandemi Covid-19. Sehingga dirinya optimis, masa pandemi tak akan melenyapkan peluang menciptakan kreasi dan inovasi. Maka langkah selanjutnya yang tak kalah penting, yakni melakukan asesmen disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan kelompok difabel. Mengingat, penyandang disabilitas yang bekerja di sektor informal tiga kali lipat dibandingkan dengan sektor formal.

“Pendataan profilisasi sangat penting, karena penyandang disabilitas sangat beragam kategorinya. Dengan begitu, tidak ada satu pun penyandang disabilitas yang tertinggal dalam program pemerintah. Semuanya punya kesempatan dan kemampuan untuk berkarya dan berdaya,” papar dia.(der)