Unitri Tingkatkan Kemandirian Petani Melalui Produksi Benih Jagung Mandiri

Petani jagung di Lumajang. (Anja Arowana)

MALANGVOICE – Selama beberapa tahun terakhir, sistem-sistem pertanian di Asia Tenggara telah mengalami erosi (pengikisan) sumber genetik yang luar biasa. Erosi genetik ini mengakibatkan keanekaragaman tanaman menjadi makin sempit dan mempengaruhi modal genetik yang diperlukan di masa depan.

Untuk menjawabnya maka sumber-sumber genetik yang tersedia untuk petani harus diperluas dan pengetahuan petani tentang pengelolaan sumber genetik serta praktik budidaya pertanian yang berakar kepada sitem pertanian lokal, seperti pembuatan benih dan varietas unggul perlu diperkuat.

“Tapi, selama ini petani dihadapkan oleh permasalahan dalam penyediaan benih yang bermutu. Benih jagung di pasaran pada saat ini harganya naik, padahal kebutuhan benih dalam satu hektare membutuhkan sekitar 20 kilogram per hektar per musim tanam. Belum lagi bibit jagung di pasaran 80 persen impor,” kata dosen pertanian Unitri, Dr Ir Sri Umi Lestari kepada MVoice.

Sri Umi, bersama dua anggota timnya Reza Prakoso dan Astri Sumiati, bertandang ke Lumajang dan menemui petani di sana untuk memberikan materi. Hasil dari pemberian materi ini petani sudah dapat membedakan mana yang termasuk silk (bunga betina) dan tassel (bunga jantan) yang nantinya akan kita gunakan dalam kegiatan pemuliaan tanaman, untuk lebih mempermudah kegiatan ini dibagikan leaflet tentang Standar Opersional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan kegiatan pemuliaan tanaman. Kemudian dilanjutkan survei lahan dan kegiatan pengolahan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman.

Setelah berbagai kegiatan tersebut, Sri Umi dan tim berharap, petani di Lumajang dapat mempraktikkan langsung cara bertani jagung yang tepat, dengan cara yang ekonomis dan efisien.

“Petani di Lumajang kini bisa menanam jagung dan melakukan mengawinkan jagung secara silang. Mereka juga paham banyak hal soal perawatan tanaman jagung,” tutupnya.(Der/Yei)