Unik, Petani Kota Batu Hadirkan Citarasa Kopi Beraroma Apel

MALANGVOICE – Puluhan tanaman kopi berderet tumbuh berdampingan dengan tanaman kopi di kebun milik Oktavian Dwi Suhermanto, warga Kota Batu. Aroma dan rasa kopi yang disajikan begitu subtil layaknya mencicipi buah apel. Karakter rasa itu dihasilkan karena kopi mampu menyerap berbagai unsur yang ada di sekitarnya.

Biji kopi beraroma apel itu dipetik dari kebun yang berada di Dusun Buludendeng, Desa Bulukerto, Bumiaji, Kota Batu. Letaknya tak jauh, berada di belakang rumah pemuda berusia 25 tahun itu. Apel dan kopi tumbuh berdampingan di hamparan lahan seluas 800 meter persegi. Pola polikultur itu berawal dari sebuah eksprimen.

Pria yang akrab disapa Herman itu mengatakan, semula kebun itu hanya ditanami apel saja. Kemudian keluarganya mulai menanam tanaman-tanaman lainnya. Salah satunya kopi yang hingga kini dipertahankan.

“Dulu sempat punya niat tanaman kopi mau dibabat habis. Tapi sama ayah saya nggak boleh,” tutur mahasiswa Jurusan Kehutanan UMM ini.

Anjuran yang diberikan ayahnya ternyata menjadi sumber rezeki tatkala panen apel tak lagi menjanjikan. Biji kopi yang dihasilkan diolah menjadi bubuk dan dipasarkan dengan brand Kopi Siman. Logo yang ditampilkannya pun berbentuk buah apel dikombinasikan dengan biji kopi. “Siman itu kepanjangan dari siji dieman-eman (satu disayang-sayang),” kata Herman.

Herman mengatakan, diambilnya nama Siman ini berkaitan dengan tanaman kopi yang tetap dipertahankannya kini. Meski awalnya sempat memiliki niatan untuk dibabat habis. Maka jadilah nama kopinya Siman. Namun sebelumnya Herman sudah memiliki ketertarikan dengan kopi sejak masih kuliah. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sempat praktik kerja lapang (PKL) di kebun kopi di Kabupaten Bondowoso. Di sana, ia mengetahui adanya kopi yang berharga mahal.

Ia pun berpikir hal tersebut bisa diterapkan di Kota Batu. Apalagi, Herman mengetahui sendiri kalau di Kota Batu juga memiliki banyak tanaman kopi. Terinspirasi dari pengalamannya PKL itulah, Herman mulai menggeluti dunia kopi. Bahkan dirinya sempat bekerja pada beberapa tempat sekadar untuk bisa membuat kopi dengan seduhan yang tepat.

Kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga, Herman mengembangkan potensi yang ada. Keluarganya kerja bersama mengelola kopi yang kini semakin banyak tumbuh di lahannya. Dikatakan Herman, ayahnya bertanggungjawab terhadap kondisi hingga jadwal panen kopi di lahan. Pasca panen, menjadi tanggung jawab ibunya.

Kemudian, Herman sendiri bertugas untuk memasarkan produk kopi yang sudah diolah. Sebuah mesin penggiling kopi bantuan dari Dinas Pertanian Kota Batu diakui Herman banyak membantu pekerjaannya. Dalam sehari, bisa menghasilkan puluhan kilogram kopi kemudian dikemas dengan menarik dan dipasarkan.

Pemasarannya saat ini masih berputar di kawasan Kota Batu. Omset yang didapat sebulan mencapai Rp 4 juta. Pendapatan itu dinilai masih masih cukup ideal. Meski begitu, ia tetap bekerja keras agar pemasarannya bisa tembus luar kota.

Produknya berupa bubuk maupun biji-bijian atau istilahnya dalam green bean. Untuk harga produk kopi bubuknya ada 2 yaitu 100 Gram harganya Rp 20 ribuan, 200 Gram harganya Rp 40 ribu. Sedangkan untuk produk olahan green bean, harganya mencapai Rp 350 ribu per 5 kilogram.

“Biasanya kami memanen kopi ini selama satu tahun menghasilkan sekitar 600 kilogram lebih dengan luas lahan 10 hektar milik petani yang tergabung dari Kelompok Tani Sri Makmur. Dari hasil panen tersebut kita olah dan kemas menjadi produk olahan yang kami beri nama Kopi Siman,” jelasnya.

Herman menjelaskan penanaman kopi yang ia lakukan terbagi menjadi 2 tahap yakni tahap hulu dan hilir. Pada tahap hulu meliputi penanaman, perawatan, pengendalian hama, pemanenan, hingga proses pasca panen. Sedangkan untuk tahap hilir meliputi roasting atau penggorengan kopi, penumbukan, hingga pengemasan produk.

Lebih jelasnya dalam tahap penanaman, biasanya dilakukan saat bulan basah atau lebih tepatnya saat musim hujan. Setelah melakukan penanaman, kemudian dilakukan perawatan dengan cara pruning/ wiwil istilah yang digunakan untuk memperbaiki dan mengatur arah cabang kopi.

Selain itu juga ada pengendalian hama tanaman. Biasanya tanaman kopi mengalami penyakit hama trips hitam dan Hemilia Vastratrix (Karat daun). Untuk mencegah hama tersebut, dilakukan dengan cara pemberian pupuk kandang, baik itu pupuk kandang cair maupun padat.

“Pemberian pupuk tidak boleh telat. Dalam setahun hanya sekali saja diberi pupuk, yakni ketika musim kemarau,” terangnya.(der)