MALANGVOICE – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pemkot Malang menggelar Gebyar Senam Kreasi Anak Indonesia dan Tari Kreasi Profil Pelajar Pancasila Pendidikan Paud se Kota Malang, Sabtu (29/10).
Acara yang diikuti 6.660 pelajar dari tiap kecamatan ini dipusatkan di Stadion Gajayana dan dibuka Wali Kota Malang, Sutiaji.
Seluruh anak didik usia dini ini sangat antusias memadati arena lapangan dalam Stadion Gajayana sejak pagi. Mereka lalu berkumpul dan mengikuti gebyar senam kreasi anak Indonesia.
Baca Juga: Mundur Sebagai Presiden Arema, Gilang: Saya Kembali Jadi Aremania
Rumah Petugas Lapas Dilempar Bom Jenis Bondet, Polisi Lakukan Penyelidikan
Wali Kota Malang, Sutiaji didampingi Bunda Paud Kota Malang, Widayati Sutiaji bahkan turun langsung mengikuti gerakan senam tersebut.
Selain itu sekitar 800 an guru HIMPAUDI menarikan Tari Kreasi Profil Pelajar Pancasila dan Malang Seger.
Setelah itu, Sutiaji menyampaikan, acara ini digelar sebagai peringatan Hari Anak Nasional dan Sumpah Pemuda.
Ia mengatakan anak adalah bagaikan mutiara, sehingga perlu polesan dari orang tua maupun pendidik agar bisa bersinar menjadi anak yang berguna bagi masa depan. Apalagi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Anak didik ini mutiara, jadi tidak bisa langsung bersinar, perlu diasah butuh kesabaran, tidak bisa muncul langsung itu,” kata Sutiaji.
Dengan acara semacam ini, kata Sutiaji bisa membantu membentuk karakter pada anak usia dini. Karena dieketahui saat ini banyak arus budaya luar yang masuk ke Indonesia dan mudah sekali ditiru anak-anak.
“Senam kreasi mendorong anak bangga jadi anak indonesia, Pacasilais. Jadi mulai sedini mungkin anak anak ditanamkan karakter bangsa,” kata Sutiaji.
“Jadi dimitigasi supaya anak anak tidak mudah terpengaruh. Anak usia emas ini biasanya daya rekamnya luar biasa. Jadi ini mitigasi dan literasi untuk membangun karakter anak,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Pemkot Malang, Suwarjana, mengatakan, acara ini digelar pertama kali setelah terhalang pandemi selama dua tahun.
Ia sangat mengapresiasi antusiasme dari siswa dan wali murid yang hadir berpartisipasi dalam acara ini.
“Kegiatan ini sudah vakum 2 tahun lebih. Alhamdulillah sekarang bisa terlaksana lagi dan antusianya luar biasa. Target kami 7 ribu tapi ini 6.660 anak terlibat, tentu sudah luar biasa,” kata Suwarjana.
Acara semacam ini diperlukan untuk pendidikan anak usia dini. Dengan begitu, anak-anak sekaligus belajar bagaimana berinteraksi dengan anak lain dari beda sekolah, mengenal budaya dan banyak lainnya.
“Ini sebagai tonggak bahwa anak anak adalah generasi emas, dengan kita kenalkan dengan anak lain, masyarakat, saling bantu, mengalah, mengantre hingga pengetahuan budaya. Ini memang harus kita pupuk dan diajarkan ke anak anak kita,” tandasnya.(der)