MALANGVOICE– Dinkes Kota Batu mencatatkan 41 persen masyarakat Kota Batu enggan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini tentunya berdampak pada rentannya masyarakat, khususnya generasi muda terjangkit penyakit, termasuk mempengaruhi upaya pencegahan stunting di kalangan anak- anak dan balita.
Mengacu pada data tahun 2023 lalu, penerapan PHBS di Kota Batu masih lebih baik karena berkisar 59 persen. Sekalipun begitu hal tersebut masih jauh target yakni 65 persen. Berbagai strategi dirancang Dinkes Kota Batu agar bisa meningkatkan partisipasi masyarakat menjalankan program PHBS.
Kabid Kesmas Dinkes Batu, Hasanatul Mardiyah mengatakan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi agar PHBS bisa mencapai target. Salah satunya melalui lingkup masyarakat terkecil yakni lingkungan keluarga. Dari lingkup terkecil diharapkan PHBS bisa mencapai rumah tangga sehat dan membawa dampak perubahan lebih luas.
“PHBS di rumah tangga sebuah upaya untuk memberdayakan anggota keluarga agar sadar dan bergerak, melaksanakan serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat,” ujar dia.
Baca juga:
PJT I Terima Penghargaan di CNN Indonesia Awards
Ada yang Baru di KICKFEST XVI Malang
Gelang Emas Milik Nenek 60 Tahun Digasak Jambret, Sat Reskrim Polres Batu Buru Pelaku
Tingkatkan Status Kesehatan Anak, Program BIAS Ditarget Terealisasi 95 Persen
Mardiyah menjelaskan, rumah tangga sehat harus memenuhi 10 indikator. Antara lain persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Kemudian menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.
Langkah promotif dilakukan terus dilakukan guna mengedukasi masyarakat melalui penyuluhan mulai dari puskesmas, posyandu hingga germas. Hal ini perlu dilakukan secara terus menerus, mengingat merubah perilaku masyarakat tidaklah gampang.
“Meskipun tidak mudah, sebagai insan kesehatan akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat. Dengan harapan angka PHBS semakin meningkat di tahun 2024,” ujar dia.
Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Muda Dinkes Kota Batu, Nikmatul Khoiriyah mengatakan, suatu daerah dikatakan memenuhi target PHBS jika memenuhi 10 indikator. Sementara Kota Batu belum memenuhi target PHBS karena tersandung dua indikator. Yakni indikator asi ekslusif dan merokok di dalam rumah. Kedua indikator ini memiliki memiliki pencapaian paling rendah dibandingkan delapan indikator lainnya.
“Dan di Kota Batu, capaian ASI eksklusif dan perilaku tidak merokok yang masih rendah membuat PHBS belum mencapai target,” ujar Nikmatul.
Ia menjelaskan rendahnya pemberian ASI eksklusif dikarenakan beberapa faktor seperti, ibu yang berprofesi sebagai wanita karir, ASI yang tidak keluar, ataupun ada ASI namun jumlahnya masih belum memenuhi kebutuhan balita.
“Perilaku tidak merokok menjadi indikator yang paling sulit dicapai karena harus dilakukan berdasarkan kesadaran masing-masing pelaku,” lanjut dia.(der)