Tenteram Jaga Toleransi Ratusan Tahun, Gereja Immanuel Gelar Ibadah Usai Salat Idul Adha

Penampakan Gereja GPIB Immanuel Kota Malang Jawa Timur yang berdampingan persis dengan Masjid Agung Jami Jalan Merdeka Barat. (Aziz Ramadani MVoice)

MALANGVOICE – Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel Malang Jawa Timur tetap menggelar misa atau ibadah meskipun berbarengan dengan Salat Idul Adha, Minggu esok (11/8). Namun, jika diperlukan, gereja yang berdampingan persis dengan Masjid Agung Jami Kota Malang ini siap memundurkan jadwal.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Malang Jawa Timur Pendeta Richard Agung Sutjhajono mengatakan, pihaknya menggelar ibadah pukul 08.00 WIB seperti hari-hari biasanya. Hal itu dirasa tidak akan menggangu aktivitas jemaat. Sebab, salat Idul Adha dijadwalkan pukul 06.00 WIB atau selisih dua jam.

“Kalau selisihnya dua jam saya rasa tidak masalah. Kami tetap beribadah. Seandainya pun belum selesai salat Idul Adha, jemaat tetap masuk gereja dan ibadah dimundurkan sampai Idul Adha selesai,” jelasnya ditemui awak media, belum lama ini.

Ia melanjutkan, tidak ada kata mengganggu dalam aktivitas peribadatan selama gereja berdiri dan berdampingan dengan masjid sejak ratusan tahun tersebut.

“Kami memahami ini bagian dari membangun toleransi. GPIB Immanuel yang sudah berusia 158 tahun, tepat 30 Juli 2019 lalu, sudah terbiasa berjumpa toleransi, terutama dengan Masjid Agung Jami,” sambung dia

Takmir Masjid Agung Jami Kota Malang pun telah berkomunikasi dan berkirim surat mengenai agenda tersebut. Sehingga, menurutnya, saling menghormati dan menghargai ibadah keagamaan bukan sesuatu hal yang asing.

“Bagi kami ini bukan sesuatu yang asing, sebab berbicara toleransi keagamaan sudah terbangun satu setengah abad lebih dengan masjid Agung Jami. Kami terus menjaga toleransi dan selalu disuarakan dalam setiap mimbar,” pungkasnya.

Terpisah, Staf Administrasi Takmir Masjid Agung Jami Kota Malang Erwin Adiwinata mengatakan, saling pengertian ketika ada kegiatan ibadah yang bersamaan telah terjalin kuat.

“Alhamdulillah tidak ada masalah terkait kegiatan beribadah, selama ratusan tahun sejak masjid berdiri berdampingan. Tidak ada masalah sama sekali,” kata Erwin.

Bahkan, lanjut dia, saling pengertian atau toleransi telah tertanam kuat. Sehingga koordinasi dan komunikasi terus berjalan lancar. Bahkan saat momentum di luar kegiatan ibadah, Agustusan misalnya, baik pengurus gereja dan takmir masjid saling membantu kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar. (Der/Ulm)