Sutiaji Minta SD Sabilillah Jadi Role Model Pendidikan Anti Korupsi

Wali Kota Malang Sutiaji bersama istri menghadiri Peringatan HUT ke- 22 SD Islam Sabilillah, Sabtu (20/10). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Kurikulum baru tanpa Calistung (baca tulis dan hitung) selangkah lagi tuntas digodok. Pemkot Malang inginkan segera diaplikasikan. SD Sabilillah dilirik jadi role model.

Seperti diberitakan, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Sutiaji-Sofyan Edi Jarwoko menggagas program penguatan akhlak dan penanaman akidah dengan menyusun kurikulum yang baru bagi siswa kelas satu dan kelas dua SD. Nantinya, anak didik di dua jenjang itu tak lagi fokus belajar baca, tulis dan hitung (Calistung), melainkan lebih ditanamkan perihal penanaman akhlak hingha penguatan akidah.

“Kita harus kuatkan penanaman akidah dan akhlak pada anak didik, agar mereka tidak saja cerdas secara akademik tapi seiring dengan itu juga cerdas secara spiritual,” kata Wali Kota Malang, Sutiaji saat memberi sambutan dalam Peringatan HUT ke- 22 SD Islam Sabilillah, Sabtu (20/10).

SD Islam Sabilillah, lanjut Sutiaji, sudah memiliki role model tentang pendidikan akhlak dan akidah. Maka dia berharap agar bisa terus dilaksanakan karena sejalan dengan visi-misi Pemerintah Kota Malang. Penguatan akhlak dan penanaman akidah pada anak usia dini sangat diperlukan. Sebab, menurutnya, jika kedua hal itu sudah ditanamkan pada anak usia sekolah maka, kecerdasan spiritual akan terwujud pada peserta didik di masa mendatang.

“Anak-anak di kelas satu nanti belajar bagaimana menghormati orang tua, belajar bagaimana budaya antre, belajar tidak mengambil hak orang lain dan sejenisnya. Ini yang saya kira penting ditanamkan pada anak usia dini,” sambung pria berkacamata itu.

Sutiaji menambahkan, berdasarkan hasil penelitian anak usia sekolah jenjang SD pada kelas satu dan kelas dua, memiliki saraf motorik yang kuat. Sehingga pendidikan akhlak dan penguatan akidah diharapkan mampu tertancap sampai sedari dini hingga kelak dewasa.

Dicontohkan Sutiaji, permasalahan sosial yang kerap terjadi seperti korupsi, pencurian, dan sebagainya. Muncul akibat minimnya pendidikan akhlak yang dilakukan sejak dini pada anak didik.

“Indonesia ini sudah banyak orang pintar, banyak orang cerdas tapi tidak diiringi akhlak yang kuat sehingga perilaku korupsi dan sebagainya masih saja dapat kita jumpai,” sambung politisi Demokrat ini.

banner

Model pembelajaran yang digagas Pemkot Malang, masih kata Sutiaji, rencananya bakal dipresentasikan dalam waktu dekat kepada pemerintah pusat. Harapannya, model pembelajaran bagi siswa kelas satu dan dua yang lebih menekankan penguatan akhlak dan aqidah bisa menjadi “role model” pendidikan di Indonesia.

“Banyak kepala daerah yang tidak senang investasi pendidikan karena hasilnya baru bisa dilihat setelah 25 tahun. Berbeda dengan investasi fisik seperti jembatan dan sebagainya yang hasilnya bisa kita lihat dalam waktu 5 tahun. Karena itu Pemkot Malang mencoba menginisiasi bagaimana investasi pada dunia pendidikan mampu melahirkan manusia yang unggul tidak saja secara akademik tapi juga baik secara spiritual,” pungkasnya. (Hmz/Ulm)