Sutiaji Ingatkan 6 Dimensi Smart City, Apa Saja?

Wawali Kota Malang, Sutiaji (anja)

MALANGVOICE – Smart city merupakan konsep kota cerdas yang dapat membantu masyarakat mengelola sumber daya dengan effisien. Selain itu aparat harus memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam melakukan kegiatannya

Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji, menjelaskan, ada enam dimensi yang harus dimiliki sebuah kota untuk bisa dinobatkan menjadi Smart City.

Menurut dia, ada enam dimensi smart city. Pertama, smart economy atau ekonomi cerdas. Dimensi ini mencakup inovasi dan persaingan. Semakin banyak inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.

“Meningkatnya jumlah pelaku usaha mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat. Karena itu inovasi-inovasi baru perlu diciptakan untuk mempertahankan eksistensi bisnis pelaku usaha tersebut,” paparnya.

Kedua, lanjutnya, smart mobility. Dimensi ini mencakup transportasi dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan sistem transportasi, dan lain-lain.

Dengan ketersediaan sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Ketiga, smart environment (lingkungan). Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan publik.

Keempat, smart people (kreativitas dan modal). Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.

Modal sosial termasuk seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik.

Kelima, smart living (kualitas hidup). Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.

Dan keenam, smart governance (pemberdayaan dan partisipasi). Keberpihakan pemerintah daerah perlu ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal sehingga wilayah-wilayah itu dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketinggalan pembangunan.