MALANGVOICE – Akibat kesulitan mengambil Prasasti Sangguran yang ada di Skotlandia, masyarakat adat Kota Batu akhirnya membuat replika sendiri. Prasasti itu merupakan aset bersejarah bagi Kota Batu.
Prasasti itu menunjukan telah ada peradaban di Kota Batu sejak 982 Masehi. Juga Kota Batu pernah dikuasai oleh Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga pada zaman itu.
Prasasti Sangguran ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa kuno. Isi pokoknya tentang peresmian Desa Sangguran menjadi sima (tanah yang dicagarkan) oleh Sri Maharaja Rakai Pangkaja dyah Wawa Sri Wijayaloka Namestungga pada 14 Suklapaksa bulan Srawana tahun 850 Saka (2 Agustus 928 M).
Pemangku Sanggar Budaya Sangguran, Dusun Ngandat Desa Mojorejo, Siswanto Galuh Aji mengatakan, Replika Prasasti Sangguran telah ditancapkan di Area Punden Mbah Tarminah, Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
“Kemarin, (Ahad 21/02/2021) merupakan acara melinggihkan replika Prasasti Sangguran. Melinggihkan itu berarti meletakkan, menancapkan, ataupun mendudukkan prasasti. Ini karena, prasasti tersebut berbentuk lingga dan ada batu yoni sebagai tempat peletakannya,” ujar Siswanto, Ahad (21/1/2021).
Peletakan prasasti itu menggunakan ritual Hindu-Buddha yang dilekatkan dengan adat Jawa. Namanya adalah ritual yang mengacu pada Hindu Jawi Wisnu. Pada ritual itu, juga dilengkapi sesajen-sesajen yang berbentuk dari hasil karya manusia.
“Contohnya seperti pandai besi serta peralatan-peralatan yang menunjang fungsi dalam hidup dan kehidupan. Jadi adanya alat-alat dalam acara peletakan replika Prasasti Sangguran ini merupakan simbol kebutuhan hidup dan kehidupan,” kata Cak Pentol, sapaan akrab Siswanto.
Ritual tersebut, jelas Cak Pentol merupakan ritual yang sarat makna. Makna intinya adalah bentuk penghormatan dari dilakukannya penancapan replika Prasasti Sangguran dengan tujuan untuk mengucap rasa syukur. Karena, dengan dilakukannya penancapan replika Prasasti Sangguran, ada banyak sekali harapan.
“Salah satunya, harapan akan keselamatan masyarakat dengan adanya virus Covid-19. Karena kondisi dan keadaan saat ini sedang tidak baik. Oleh sebab itu, baik dari tata kelola sosial, budaya, dan politik diharapkan bisa selamat semua,” jelas Pentol.
Itu berarti, sambungnya, bukan hanya selamat untuk satu golongan saja, namun juga diharapkan bisa selamat semuanya.(end)