MALANGVOICE– Lonjakan arus kunjungan wisatawan saat momen libur akhir tahun bukan saja mengakibatkan kemacetan lalu lintas di Kota Batu. Hiruk pikuk wisatawan juga turut memicu terjadinya peningkatan volume sampah. Menuntut para petugas kebersihan harus bekerja ekstra agar wajah kota tetap bersih dan persoalan sampah tuntas ditangani.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu memproyeksikan volume sampah diperkirakan mencapai 140 ton per hari selama momen libur Natal dan Tahun Baru. Sementara saat hari normal, volume sampah berkisar 120 ton per hari. Prediksi lonjakan didasarkan pada pola kenaikan volume sampah pada akhir pekan yang biasanya melejit 50–70 persen. Kenaikan tertinggi berasal dari 21 ruas jalan protokol yang setiap hari disisir petugas.
“Dalam hari-hari normal, total sampah yang dihasilkan dari 21 ruas protokol itu sekitar 30 ton per hari. Namun, memasuki masa libur panjang, angka itu bisa membengkak menjadi 50 ton per hari, terutama di titik-titik padat wisata seperti Alun-alun Kota Batu dan sekitarnya,” papar Kepala DLH Kota Batu, Dian Fachroni.
Tak hanya jalur protokol, desa dan kelurahan juga berkontribusi terhadap kenaikan volume sampah. Karena itu, DLH menyusun strategi berlapis. Salah satunya memastikan seluruh unit insinerator di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung bekerja optimal. “Pembakaran pasti lebih besar daripada hari biasa. Kesiapan alat menjadi kunci,” imbuhnya.
Saat ini, TPA Tlekung mengoperasikan tiga insinerator dengan kapasitas total 23 ton per hari. Kapasitas itu bakal ditambah dengan optimalisasi insinerator milik TPS3R Dadaprejo dan Sisir yang dapat mengolah hingga 15 ton per hari. Upaya itu dilakukan untuk menahan laju penumpukan sampah yang diperkirakan meningkat tajam.
DLH juga menyiapkan jalur tambahan untuk mengolah sampah organik. Big composter yang selama ini beroperasi memiliki kapasitas 5 ton per hari, masih jauh dari kebutuhan ideal 15 ton. “Kami sedang finalisasi pembangunan big composter tahap dua yang akan menutup kekurangan kapasitas,” katanya.
Unit baru itu ditargetkan dapat beroperasi secepatnya. Terlebih, komposisi sampah Nataru diperkirakan tetap sama, yakni sekitar 60 persen organik dan 40 persen anorganik serta residu. Kehadiran big composter tambahan diharapkan mampu mengurangi beban insinerator dan mempercepat pengolahan sampah menjadi kompos.
Di lapisan terdepan, DLH juga memperkuat penanganan sampah berbasis desa dan kelurahan. Sebanyak 16 rumah kompos ditargetkan tuntas pembangunannya bulan ini. Fasilitas ini nantinya menjadi sentra pengolahan sampah organik dari sumbernya sehingga tak semua harus dikirim ke TPA.
Namun, sehebat apa pun fasilitas, ujung tombak pengelolaan sampah tetap berada di tangan pasukan kuning. Karenanya, para petugas kebersihan saat ini tengah mendapat pelatihan pengoperasian insinerator dan big composter. “Tujuannya agar sampah yang masuk bisa langsung diproses hari itu juga,” imbuh Dian.
Dengan kombinasi kesiapan sarana, prasarana, serta petugas di lapangan, Dian optimistis pengelolaan sampah Kota Batu selama Nataru tetap berada dalam kendali. Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa lonjakan wisatawan selalu menghadirkan tantangan tersendiri.
“Kota Batu harus bekerja ekstra. Tapi kami siap,” tandasnya.(der)