SMK Tunas Bangsa, Sekolah SMK Swasta Pertama Penerima ABK

SMK Tunas Bangsa (Anja)
SMK Tunas Bangsa (Anja)

MALANGVOICE – Tidak semua sekolah mampu dan mau menerima siswa ABK (anak berkebutuhan khusus). Demikian, SMK Tunas Bangsa menjadi salah satu sekolah swasta kejuruan di Kota Malang yang mendirikan program inklusi untuk siswa ABK. Semua itu sebagai salah satu upaya memenuhi hak anak berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan yang layak melalui pendidikan formal.

Menurut kepala sekolah SMK Tunas Bangsa, Drs H Mardjono MSi, membuka program inklusi merupakan kegiatan mulia. Selain memang bentuk ibadah, lanjut dia, peduli dengan mereka yang meniliki perbedaan adalah suatu keharusan.

Sekolah ini menjadi sekolah SMK Swasta pertama yang secara resmi membuka program inklusi sejak tahun 2013. Di SMK Tunas Bangsa saat ini ada sepuluh siswa ABK. Sepuluh siswa itu punya kondisi yang berbeda-beda.

“Ada yang slow learner, ADD, autism, dan tuna grahita,” tukasnya.

Siswa tersebut ada juga yang pindahan dari sekolah lain yang mengaku kerepotan membina ABK.

ABK sedang berkumpul di ruangannya (Anja)
ABK sedang berkumpul di ruangannya (Anja)

“Memang, kalau tidak diniati ibadah, membina mereka (ABK) akan terasa berat sekali, ruepot, capek,” katanya pria yang pernah menjabat Kepala Dinas Pertamanan Kota Malang ini.

Pada awalnya, ABK sedikit kesulitan dalam mengikuti pelajaran atau bergaul. Demikian, semuanya belajar dalam satu kelas bersama teman-teman reguler yang lain. Tapi, seiring waktu dengan bantuan Guru Pendamping Khusus (GPK) siswa ABK bisa mengikuti, bahkan mengembangkan potensinya.

Menurut Mardjono, siswa ABK di SMK Tunas Bangsa memang diajari untuk mandiri. Jadi, peran guru shadow dikurangi, bahkan tidak menggunakan guru shadow sama sekali.

“Harus bisa mandiri, dan kami ajari mandiri. Menurut psikolog juga guru shadow bisa membatasi ruang gerak ABK untuk berkembang dan bersosialisasi. Terlalu bergantung pada guru shadownya. Kalau tingkat SD tidak masalah, tapi kalau remaja sebaiknya tidak,” katanya.

Mardjoni berharap, pemerintah sejogjanya bisa memberikan kontribusi pada kebutuhan ABK untuk bisa dijamin pelayanan dan hak pendidikannya.

“Bagi para pendidik, mari kita berjuang untuk memberikan penetahuan bagi anak-anak kita yang berkebutuhan khusus sehingga bisa hidup dan turut andil dalam lingkungan bermasyarakat,” tutur dia