Si Tohir Mampu Tekan Kematian Bayi Sapi, Peternak Terbantu

MALANGVOICE – Indonesia mengalami peningkatan permintaan daging sapi sebesar 4 persen setiap tahun. Namun, kematian bayi sapi (pedet) akibat kurangnya perhatian pemilik mengakibatkan pertumbuhan jumlah sapi di Indonesia kurang optimal.

Menjawab keluhan peternak di Desa Cepoko, Kecamatan Sumber Lawang, Sragen, tiga mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema), Pipik Lestari, Yusron Hamidi dan Tri Rahmawatiningsih, dalam bimbingan Dr Eng Cahya Cahya Rahmad ST MKom merealisasikan Si Tohiratau Sistem Monitoring Kelahiran Pedet Berbasis Raspberry Pi.

Teknologi ini dapat memantau atau mendeteksi ciri-ciri fisik sapi yang akan melahirkan dan memberikan informasi secara realtime kepada peternak. Uniknya, alat bernama Si Tohir ini sangat mudah digunakan dan praktis sehingga bisa dipindah dan diperbanyak.

Selain itu, Si Tohir juga mampu memberikan informasi berupa gambar, teks, maupun video kepada peternak sapi secara realtime melalui Telegram. Telegram merupakan aplikasi messager yang dapat di pasang pada smartphone peternak.

Alat ini merupakan gabungan beberapa alat dan sensor yang bertugas mendeteksi ciri-ciri fisik dan perilaku pada sapi sebelum melahirkan. Deteksi meliputi suara, gerak ekor, dan pergerakan sapi yang selanjutnya akan di informasikan kepada pemilik.

Tim inovator Si Tohir. (Anja Arowana)

Si Tohir terdiri dari 2 sub bagian yaitu sistem yang berupa website dan alat itu sendiri. Web digunakan untuk input data kawin dan perhitungan perkiraan kelahiran pedet dengan menggunakan kalender 21.

Sedangkan alat Si Tohir sendiri merupakan alat yang di pasang di ekor sapi terdiri dari sensor tilt yang digunakan untuk mendeteksi gerakan ekor sapi. Sensor tilt dibantu dengan sensor imu yang di setting hanya membaca inputan gerakan ekor sapi dengan arah vertikal atau naik turun saja.

Setelah seperangkat sensor tilt mendeteksi gerakan pada ekor sapi maka selanjutnya akan dikirim ke raspberry pi melalui bluetooth HC06. Kemudian sistem mengirim notifikasi pesan ke telegram pengguna berupa teks, gambar, maupun video.

Dalam uji lapangan, didapatkan bahwa sebagian besar peternak mengaku terbantu dengan alat ini, mereka berharap alat ini dapat diproduksi secara massal sehingga dapat memberikan keuntungan dan kemudahan bagi peternak.

Lewat inovasi ini tim Polinema akan berlaga di Monitoring Evaluasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke 30 pada 18-19 Juli 2017. Di ajang ini tim juga membawa misi menyuarakan pemanfaatan teknologi untuk membantu kehidupan manusia khususnya di bidang teknologi peternakan.

“Saatnya mahasiswa membawa langkah perubahan serta memanfaatkan teknologi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Karena sejatinya teknologi bukanlah predator melainkan ujung tombak inovator,” kata salah seorang anggota tim melalui rilis yang diterima MVoice.


Reporter: Anja Arowana
Editor: Muhammad Choirul Anwar
Publisher: Yuliani Eka Indriastuti
spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait