Sawah Rojo Art, Konsep Bertani Mengusung Teknologi 4.0

Walikota Batu, Dewanti Rumpoko Meresmikan Sawah Rojo Art. (ist)

MALANGVOICE – Sawah Rojo Art Farming tawarkan lahan pertanian berkonsep 4.0 dengan pemandangan yang memesona. Konsep bertani tersebut diinisiasi arek milenial asli Kota Batu.

Diresmikan oleh Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, Minggu (8/11), Sawah Rojo Art yang bertempat di Pesanggrahan didukung menjadi Ikon Agrowisata. Dalam peresmian itu Dewanti menanam beberapa bibit sayur.

Konsep yang ditawarkan ialah sewa lahan petani yang dikelola petani hingga panen. Hasil panen akan langsung menjadi milik penyewa lahan. Sehingga petani tidak perlu berurusan dengan tengkulak.

“Regenerasi petani perlu digiatkan di kalangan kaum milenial,” jelas Dewanti.

Pasalnya regenerasi petani dari kalangan milenial dapat menjadi peluang bagi Sawah Rojo untuk menyasar CSR dari perusahaan BUMN.

“CSR dari BUMN mencari pertanian yang digerakkan kaum milenial. Paling tidak ada keterbilatan 30 persen generasi milenial,” kata Dewanti.

“Manajemen lahan pertanian yang dikembangkan di Sawah Rojo yakni menawarkan paket edukasi dan pengalaman bercocok tanam kepada masyarakat maupun wisatawan.” jelas Founder Sawah Rojo Art, Herman Aga.

“Seperti menanam bibit, merawat lahan hingga memanen hasil pertanian pada lahan hamparan seluas 4000 meter,” imbuh Herman.

Sawah Rojo Art menawarkan harga sewa yang bervariasi sesuai dengan luas lahan. Mulai dari 50 meter persegi dengan harga sewa Rp 3.000.000. Luas 100 meter persegi dengan harga sewa Rp 5.000.000.

Herman mengatakan bahwa dengan masa sewa selama tiga bulan di Sawah Rojo Art, penyewa sudah bisa merasakan hasilnya. Karena dalam tiga bulan itu sudah banyak sayuran yang dapat dipanen.

Selama masa sewa itu, penyewa mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan. Ada 27 lebih varian tanaman seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, slada krop dan masih banyak lagi.

“Tentunya sangat menyehatkan tubuh bila dikonsumsi, dan khusus para member berhak mendapatkan free lunch ala desa setiap bulannya,” ujar Herman. Konsep sewa lahan sekaligus untuk membantu petani yang terjerembab dalam permainan tengkulak yang memasang harga miring.

Namun melalui Sawah Rojo Art Farming, para member akan membawa jejaring baru bagi petani. Dan membuka peluang besar terjalinnya kerjasama seperti terbukanya akses pasar langsung hingga kerjasama strategis lainnya yang bersifat Business To Business (B2).

“Transfer knowledge juga akan terjadi secara alamiah, antara para member dengan petani, baik dalam dalam hal alih teknologi pertanian hingga kisah – kisah kehidupan lainnya,” ujar dia.

Herman juga mengajak anak-anak muda generasi millenial agar menjadi petani muda. Semangat regenerasi petani ini didukung oleh berbabai pihak seperti Walikota Batu yang menginginkan generasi milenial menjadi punggawa petani tangguh Kota Batu.

Mereka akan dibekali mindset industri 4.0 seperti Internet Of Things (IoT), big data, artificial intelligent, robotic hingga cloud computing. Tentunya dipersiapkan program inkubasi binis teknologi kreatif yang didukung oleh para mentor berpengalaman untuk meningkatkan kemampuan para petani milenial demi mewujudkan visi pertanian desa yang berdaulat.

“Tidak zamannya lagi membajak sawah di bawah terik matahari, tidak perlu lagi susah payah buka lapak di pasar pagi, tidak perlu risau lagi dengan tengkulak jahat. Kini petani milenial tetap keren bertani dengan teknologi digital,” tandasnya.(der)