MALANGVOICE – Peringatan Hari Santri Nasional 2018 menjadi moment penting untuk menciptakan kader santripreneur di berbagai pondok pesantren di Indonesia. Jumlah santri yang lebih dari puluhan juta, memungkinkan gerakan perekonomian santri bisa menjadi gerakan silmultan bagi perekonomian bangsa. Demikian dikatakan oleh Sekretaris Himpunan Pengusaha Santri (HIPSI) Kota Malang, Muhammad Anas Muttaqin (21/10/2018).
Ditambahkan Sam Anas –demikian ia biasa disapa- munculnya ide pesantren entrepreneur membawa angin harapan, agar santri kelak setelah pulang bisa langsung pakai dan siap berperan di tengah masyarakat.
“Jika di pondoknya para santri sudah mempelajari ilmu wirausaha, maka saat ia pulang bisa langsung mempraktekan dan ia benar-benar akan menjadi santri mandiri,” katanya.
Ditambahkan pria yang juga CEO Hasta Group itu, munculnya kurikulum wirausaha dipastikan tidak akan menganggu kurikulum pondok selama dilakukan pengaturan waktu yang baik dan disiplin.
“Agama kan juga menyuruh kita untuk lebih berperan aktif dalam kebaikan. Karena bagaimanapun tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah,” tambahnya.
Selebihnya tokoh yang juga aktif di Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Malang Raya ini berharap pemerintah baik pusat maupun daerah mulai terbuka dan memperhatikan pesantren.
“Karena bagaimanapun pesantren adalah cikal bakal berbagai system pendidikan di Indonesia. Sebelum ada metodologi boarding school pesantren telah lebih dulu melakukannya ratusan tahun lalu. Demikian juga diskusi dan berbagai ajang kreativitas pendidikan lainnya,” tegasnya.
Menurut tokoh muda asli Malang ini, sudah bukan waktunya lagi menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan kelas dua di Indonesia ini.
“Nggak boleh abai lagi. Pemerintah wajib dan mutlak harus memprhatikan pendidikan pesantren. Manfaat pesantren sudah dirasakan negeri ini sejak puluhan tahun lalu,” pungkas pria yang juga mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota Malang dapil Sukun dari PKB ini.(Adv)