Salah Satu Keluarga Korban Pembaiatan UKM Pagar Nusa UIN Malik Ibrahim Mengaku Ikhlas, tapi Minta Polisi Ini

Post terakhir Miftah pada akun instagramnya, menunjukan antusiasnya mengikuti Pembaiatan Anggota Batu UKM Pagar Nusa UIN. (Istimewa)

MALANGVOICE – Penyebab meninggalnya dua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim Malang masih menyisakan pertanyaan bagi salah satu keluarga korban. Hingga saat ini belum ada yang bisa menjawab apa yang menjadi sebab kedua mahasiswa itu meregang nyawa.

Kedua korban itu adalah Moh Faishal Lathiful Fahri, mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah UIN asal Lamongan. Miftah Rizki Pratama, mahasiswa Tadris Matematika asal Bandung.

Keduanya saat itu, Sabtu (6/3) pingsan di kawasan wisata Coban Rais, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Ketika dilarikan ke pihak medis, kedua korban sudah tak bernyawa.

Paman dari Miftah Rizki Pratama, Muhammad Syarif mengatakan pihaknya tetap menghendaki proses penegakan hukum berjalan. Keputusan itu disebabkan hingga saat ini belum ada keterangan pasti sebab keponakannya meninggal.

“Kami menerima kepergian ponakan kami sabagai kehendak Tuhan, tetapi tetap berharap ke kepolisian agar permasalahan ini dituntaskan,” tegasnya.

Kematian saat kegiatan diklat UKM di berbagai universitas sering ia dengar. Maka hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja agar UKM-UKM lainnya tidak melakukan hal serupa dan lebih behati-hati.

“Apalagi dalam diklat itu kan ada senior junior, kadang-kadang ego senioritas muncul. Ya kita tidak mau berprasangka ya, maka dari itu kita tetap meminta untuk kepolisian melakukan penyidikan,” lanjutnya.

Ia menegaskan kematian Miftah sudah diikhlaskan namun masih ada beberapa pertanyaan yang mengganjal, seperti penyebab kematiannya.

“Berdasarkan informasi yang kami terima panitia terkesan berbelit. Ada yang mengatakan pingsan, kelelahan bahkan ada yang mengatakan asma,” kata dia.

Ketika ditanya apakah pihak keluarga bersedia jika ada autopsi, ia menjawab masih perlu berdiskusi dulu. Ia melanjutkan, pihaknya meminta hasil visum luar terlebih dahulu.

“Kami sudah minta ke Satreskrim Polres Batu, tapi katanya masih menunggu tanda tangan dokter yang menangani. Katanya dokternya masih ke luar kota,” lanjutnya.

Syarif mendapat kabar dari kerabat keluarganya ketika Miftah di RS Karsa Husada, mulut, telinga, dan hidungnya mengeluarkan darah. Ia melanjutkan informasi ini belum tentu kebenarannya dan menyerahkan jawaban pastinya pada proses penyidikan.

Ia berharap kasus ini segera menemukan titik terang. Jika memang ada yang bersalah ia meminta pertanggungjawaban.

Sementara itu, Ibu Miftah, Meiri Nurfita mengatakan ia jarang bertemu dengan anak sulungnya ini. Miftah kata Meiri menghabiskan waktunya di pondok.

“Baru ketemu Juli kemarin tahun 2020. Dia sudah sering telpon minta pulang tapi kena pandemi dan dia mengajar di Ar Rahmah sehingga masih belum ketemu,” jelas Meiri sambil bersedih.

Meiri mengatakan Miftah merupakan anak yang sehat. Selain ikut Pencak Silat dirinya juga ikut Gymnastic. Tidak ada penyakit bawaan yang didera oleh Miftah.

Miftah, berdasarkan cerita Meiri sempat meminta izin padanya. Karena Meiri merasa anaknya sehat, maka dia mengizinkan Miftah mengikuti acara tersebut.

“Dia sempat telpon meminta izin. Dia meminta didoakan ‘Bun, doain ya.. Bun doain ya..’ sampai dua kali,” jelas Meiri sambil menitikan air mata menjelaskan komunikasi terakhir dengan Miftah.(end)