MALANGVOICE – Setelah diutus Prabu Ramawijaya mencari pujaan hatinya, Dewi Sinta, Hanoman, kera putih putra Bathara Bayu segera mengerahkan bala tentara wanara (kera) yang dipimpin Anggada dan Anila, dua kera yang juga sakti mandraguna untuk mencari informasi keberadaan Dewi Sinta.
Singkat cerita, Anggada dan Anila berhasil melaporkan Dewi Sinta diculik Rahwana, raja Alengka bergelar dasamuka yang memiliki ajian pancasona dan mampu hidup kembali setelah mati jika jasadnya menyentuh tanah.
Tanpa rasa takut Hanoman langsung menyusun strategi untuk menyerang Alengka yang sedang merayakan keberhasilan menculik Dewi Sinta.
Pertempuran besar pun tak terelakkan. Para Wanara yang dipimpin Hanoman, Anggada dan Anila berhadapan dengan Rahwana, Indrajit dan Kumbokarno.
Berkat kesaktian Hanoman berupa kuku Pancanaka, Rahwana berhasil dikalahkan dan dikutuk menjadi gunung agar tak bisa kembali bangkit dari kematian.
Kisah itu dimainkan dengan apik oleh para penari di depan puluhan tamu Hotel Tugu Malang di ruang Sahara dalam acara Indonesia Cultural Dining Series with Classical Dance Performance.
Assistant Executive Hotel Tugu Malang, Crescentia Harividyanti, menjelaskan, pertunjukan seni tersebut merupakan gelaran reguler yang diselenggarakan Hotel Tugu Malang saat malam bulan purnama atau tanggal 15 setiap bulannya.
“Respon tamu luar biasa, dari target 20 tamu, melonjak menjadi 40 tamu sehingga gelaran yang awalnya di Tirta Gangga dipindah ke Sahara,” pungkasnya.