MALANGVOICE – Adanya kasus penahanan dua Calon Wali Kota Malang, Yaqud Ananda Gudban dan HM Anton, tak membuat calon lain, Sutiaji merasa diuntungkan.
“Justru kami lebih serius bekerja dan tidak boleh jumawa. Kekuatan rival pilkada kota Malang justru makin berat,” kata Sutiaji.
Menurut Wakil Wali Kota Malang non-aktif ini, persaingan dirasa cukup ketat. Apabila sudah jumawa, kata dia, bisa menjadi blunder dan kerugian bagi diri sendiri.
Karena itu, pasangan yang mempunyai akronim Sae ini harus memperkuat kaki untuk blusukan melihat dari dekat kondisi masyarakat dan berdialog menyaring aspirasi yang disampakan, serta lebih operasional menyosialisasikan Tri Prasetya kepada publik, terutama calon pemilih.
“Kampanye baru separuh jalan, strategi masih bisa berubah. Kondisi paslon hanya merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk memenangkan Pilkada. Banyak faktor lain yang ikut menentukan seperti sosok Calon Wakil Wali Kota, program kerja yang ditawarkan, stamina yang dimiliki paslon, serta partai pendukung dan calon pemilih yang setia kepada paslon,” tambah Sutiaji.
Terkahir, pada Kamis (29/3) paslon nomor urut 3, Sutiaji-Sofyan Edi mendatangi usaha produksi raket dan konveksi. Mereka melihat banyak kendala klasik yang dialami pelaku UMKM.
Masalah itu diungkapkan langsung para pelaku usaha saat berdialog dengan paslon Sae. Antara lain, persoalan bahan baku, desain, tenaga terampil, pemasaran dan kekurangan modal untuk pengembangan.
Melihat kondisi ini, Sutiaji-Edi
harus segera mencarikan mekanisme yang lebih mendasar untuk mengatasinya. Sae menginginkan masukan para ahli dari kalangan perguruan tinggi dan konsultan pofesional untuk merumuskan strategi yang lebih komprehensif dan mampu bertahan lama.
“Oleh karena itu sinergi pemerintah kota Malang dengan para ahli adalah keniscayaan dalam membangun untuk mewujudkan Malang Sae, Kota Malang yang Bermartabat,” ujar Bung Edi.(Der/Aka)