Ribuan Jemaah Rayakan Imlek di Kelenteng Eng An Kiong

Umat Budha dan Konghucu saat melakukan penyembahan di Kelenteng Eng An Kiong. (Lisdya/MVoice).
Umat Budha dan Konghucu saat melakukan penyembahan di Kelenteng Eng An Kiong. (Lisdya/MVoice).

MALANGVOICE – Jemaah Konghucu menyambut suka cita perayaan Tahun Baru Imlek 2569/2018, di Kelenteng Eng An Kiong Kota Malang, yang jatuh pada Jumat (16/2).

Berbagai kegiatan sudah digelar di Kelenteng 192 tahun itu, mulai dari ibadah, bakti sosial, pembersihan rupang, Taoist Day hingga kirab budaya Cap Go Meh.

Menurut Seksi Agama Konghucu Kelenteng Eng An Kiong, Endong Sujojo, menegaskan puncak acara yakni ibadah para jemaah yang dilakukan hari ini. Selain itu, jemaah yang berjumlah sekitar 2000 ini berdoa untuk kesalahan satu tahun yang lalu agar terhapuskan.

“Kami (jemaah) bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berterima kasih kepada dewa bumi (Tu Di Gong). Selama satu tahun ini kita diberi kesehatan, dan rejeki,” ujar Endong.

Umat Budha dan Konghucu saat melakukan penyembahan di Kelenteng Eng An Kiong. (Lisdya/MVoice).
Umat Budha dan Konghucu saat melakukan penyembahan di Kelenteng Eng An Kiong. (Lisdya/MVoice).

Lebih lanjut, Endong menyampaikan, bahwa perayaan Imlek tahun ini merupakan hari lahir yang maha suci Budha Maitreya. “Jadi waktunya bersamaan,” imbuhnya.

Dalam peribadatan di kelenteng ini ada beberapa altar-altar pemujaan kepada para dewa-dewi (Shén míng), di altar tersebut biasanya terdapat ukiran ataupun symbol dari Shen Ming yang menempati altar tersebut. Dui lian yang merupakan papan tulisan berisi sajak pujian, petuah dan doa yang biasa dipasang simetris kanan kiri altar.

“Salah satunya yakni altar Tuhan Yang Maha Esa. Altar yang dikhususkan untuk agama Buddha ini untuk mereka yang beragama Buddha membacakan mantra. Kemudian di belakangnya itu ada altar untuk umat yang beragama Tao atau Konghucu, dan nabinya adalah Lao Zi,” tegas Endong.

Sementara itu, selesai membaca doa dengan ciri khas orang Thionghoa, yakni membakar dupa atau Hio ini, mereka juga membakar Thien Kong Cin. “Dibakar dulu didalam tungku yang ini ditujukan ke dewa untuk persembahan uang,” pungkasnya.(Der/Ery)