MALANGVOICE – Momentum tahun baru Islam 1440 Hijriyah menjadi jadi ajang jamasan alias penyucian benda pusaka. Total ada sekitar 373 pusaka yang dimandikan dalam agenda bertajuk Jamasan dan Pentayuhan Tosan Aji di Banaran, Desa Bumiaji Kota Batu, Selasa (11/9).
Ratusan pusaka yang dimandikan dalam bulan Muharram itu dari berbagai jenis, mulai keris, tombak, trisula, dan pedang. Semuanya memiliki sejarah masing-masing pemilik.
Peserta jamasan asal Kota Malang, Tommy Isa Sadhana misalnya. Dia membawa lima pusaka, mulai keris sampai tombak. Salah satu keris peninggalan kakeknya diklaim dibuat di era Kerajaan Medang Kamulan.
“Saya baru empat tahun ini bergelut dengan pusaka. Masih belajar dan jamasan di Kota Batu ini sudah ikut dari tahun lalu,” kata pria yang bekerja sebagai kontraktor itu.
Penjamasan, lanjut Tommy, dimaknainya bukan sekadar membersihkan pusaka saja. Melainkan juga ada misi melestarikan budaya nenek moyang.
“Agar terus uri-uri budaya,” tutupnya.
Sementara itu, Koordinator Panitia Jamasan Tosan Aji Wahyu Eko Purwanto menjelaskan, peserta jamasan tidak hanya dari Kota Batu. Ada pula dari Ponorogo dan Magetan. Pihaknya pun tidak mematok tarif.
“Sifatnya sukarela. Tujuannya jamasan ini memang untuk membantu,” kata Wahyu.
Sebelum itu, lanjut Wahyu, peserta harus melakukan sesi pendaftaran dahulu. Tujuannya untuk mengidentifikasi keris dan didata.
“Seperti cek fisik. Dilihat seberapa tingkat korosi (karatan) pada logam pusaka,” sambung dia.
Tahapan berikutnya adalah penghilangan karat. Bahan yang digunakan bukan bahan kimia. Semua alami, seperti jeruk nipis, blimbing wuluh dan mengkudu. Semua dijadikan satu dalam ramuan tertentu ke dalam seember air.
“Kami pakai bahan alami yang memiliki tingkat keasaman rendah. Menghidari bahan kimia karena khawatir juga mencelakai penjamas karena beracun,” kata pria juga peternak kambing etawa ini.
Usai itu, masih kata Wahyu, dilap dan dijemur. Sebagai penutup dilapasi logam dengan minyak wangi. Tujuannya agar memperlambat proses korosi.(Hmz/Aka)