MALANGVOICE – Metode pembelajaran kembali dibatasi sejak munculnya lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini. Sehingga pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen diganti dengan PTM 50 persen. Dengan begitu, satuan pendidikan akan memberlakukan pembelajaran secara bergiliran, yakni sehari luring, sehari daring.
Wali murid pun menarik napas panjang seiring dengan diberlakukannya kebijakan itu. Seperti yang dirasakan Hane Pratiwi, wali murid SDN Sisir 1 Kota Batu. Dia merasa sistem pembelajaran dengan skema satu hari masuk, satu hari libur kurang maksimal. Apalagi peserta didik juga sudah mengikuti vaksinasi.
“Saat ini kan anak-anak juga sudah mengikuti vaksinasi Covid-19. Namun kenapa pembelajaran kembali dilakukan dengan skema seperti itu. Jujur saja kami sebagai wali murid kurang setuju. Kasihan anak-anak karena kurang maksimal dalam sistem pembelajaran,” tegas dia.
Seperti diketahui, putri Hane saat ini duduk di bangku kelas 4 SD, dia saat ini berusia 10 tahun bernama Gisela Nur Anela. Berkaca pada pembelajaran daring yang dilakukan beberapa waktu lalu, Hane mengungkapkan jika putrinya sedikit susah diatur dan lebih banyak bermain bersama kawan-kawan sebayanya.
“Pas pembelajaran daring beberapa waktu lalu, anak-anak malah banyak bermainnya. Sebab itu saya khawatir dengan skema pembelajaran seperti ini jadinya kurang maksimal,” jelasnya.
Kembali diberlakukannya PTM 50 persen ini menyusul adanya SE Mendikbudristek nomor 2 tahun 2022. Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso mengatakan, kebijakan itu mengatur untuk mencegah lonjakan persebaran Covid-19 di Kota Batu.
Utamanya di lingkungan pendidikan yang bisa saja menyebabkan terjadinya klaster pendidikan. Ia mengatakan, kebijakan itu telah disampaikan merata ke seluruh satuan tingkat pendidikan di Kota Batu.
“Sebelumnya, Kota Batu, sudah melakukan PTM 100 persen. Karena belakangan ini kasus Covid-19 kembali meningkat, maka PTM dibatasi kapasitasnya jadi 50 persen,” pungkas Punjul.(der)