Produk Fashion Berbahan Kulit Buatan Warga Ngaglik Tembus Pasar Mancanegara

Ruangan mungil di lantai atas rumahnya, Endri Sulaksono berkreasi menghasilkan produk fashion berbahan kulit. Meski dikerjakan secara manual, hasil kreasi warga Kelurahan Ngaglik itu bisa menembus pasar mancanegara (MG1/Malanagvoice)

MALANGVOICE – Ketidakteraturan pola potongan dan bagian cacat pada kulit menjadi daya pikat bagi Endri Sulaksono Radin, untuk diekspose sebagai karya produk fashion berbahan baku kulit sapi maupun domba.

Lantai atas bagian rumahnya yang berada di Gang Lesti, Ngaglik, Kota Batu dijadikan ruang untuk berkarya sekaligus mendisplay berbagai produk yang telah ia buat.

Produk berbahan kulit yang ia garap sengaja dibuat tak presisi dan asimetris. Hal itu yang membuat produknya tampil orisinil dan menarik perhatian dua desainer fashion ternama, Ai Syarief dan Ichwan Thoha.

Di ruangan berukuran mungil berjuluk Radin’s Art House, Endri Sulaksono Radin memproduksi produk fashion berbahan baku kulit. Mulai dari gelang, wadah ponsel, sabuk hingga tas. Setiap produk yang dihasilkan diberi label merk E. Sulaksono.

Bagi Sulaksono, studionya tak hanya sebagai ruang berkreasi dan mendisplay karya. Lebih dari itu, tempat tersebut sebagai medium membangun interaksi dengan konsumen. Ia terinspirasi dari pengalamannya selama berkelana di Benua Biru.

“Ketika saya di Eropa, seniman-seniman yang saya kenal selalu membuka studionya sebagai tempat berinteraksi. Interaksi akan memunculkan inspirasi,” kata Sulaksono.

Seluruh produk fashion dikerjakan tanpa bantuan mesin. Murni buatan tangan dengan peralatan-peralatan yang digunakan serba manual. Pria yang lama malang melintang berpetualang di berbagai negara di tiga benua ini, memanfaaatkan akun instagram miliknya, untuk mempromosikan produk-produknya.

Titik awal menggeluti kreasi berbahan kulit dimulai sejak tahun 2016 silam. Eksplorasi berbahan kulit ia pilih karena sejak kecil memiliki kecintaan terhadap produk fashion berbahan kulit. Hingga suatu ketika, saat dirinya menetap di Ukraina muncul keinginan untuk membikin sendiri produk tas berbahan kulit.

Di awal merintis usahanya ia memanfaatkan limbah kulit sepatu untuk dijadikan produk kulit berukuran kecil seperti gelang, dompet, tempat kartu nama dan ponsel. “Dari kecil saya pengemar produk kulit, mulai sepatu, tali jam, tas. Pernah suat ketika berpikiran ingin membuat sendiri produk tas karena tak mampu beli,” kenang Sulaksono.

Setelah sekian lama menekuni kerajinan berbahan baku kulit, akhirnya Sulaksono menemukan satu pola raw rustic yang kini menjadi karakter di setiap produknya. Hingga kesan yang dimuculkan tampil edgy dan natural pada setiap produknya.

Setiap hasil karyanya dirancang secara spontanitas mengikuti intuisinya. Justru dengan cara seperti itulah karya-karyanya menarik perhatian dua desainer fashion ternama tanah air yakni Ai Syarief dan Ichwan Thoha.

“Saya buat limited produk, tidak akan merepro bentuk sama. Cutting asli kulit yang saya tonjolkan untuk menampilkan kesan raw rustic, jadi seperti produk unfinish. Pernah juga mengekspose cacat pada permukaan kulit, seperti bekas stempel nomor pada bagian kulit,” papar dia.

Hasil karya tas diproduksinya sudah ditampilkan dalam peragaan busana di beberapa ajang fashion seperti Surabaya Fashion Week 2019, Jogja Fashion Week 2019 dan Jakarta Fashion Trend 2020.

Harga yang dibanderol pun beragam tergantung dari setiap produk yang dihasilkan. Untuk gelang dibanderol mulai seharga Rp 250 ribu, dompet dibanderol mulai seharga Rp 750 ribu. Dan tas dibanderol mulai harga Rp 1,250 juta hingga 5 juta disesuaikan dengan ukurannya. Hasil produknya pun tak hanya laku di dalam negeri, namun juga telah menembus hingga mancanegara seperti Belanda, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Malaysia, Kanada dan Rusia.(der)