#Preiskil Unjuk Karya Seni Rupa di Galeri Raos Batu

Salah satu pengunjung sedang melihat koleksi lukisan milik kelompok seniman #Preiskill di Galery Raos (Foto: Ayun)

MALANGVOICE – Kelompok seni rupa, #Preiskil asal Surabaya membuat seni karya rupa bertema “Hayalan, Bualan, Ejekan Preiskil”. Sebanyak 14 karya terpampang indah di ruangan Galeri Raos, yang berada Jl. Panglima Sudirman, Ngaglik, Kec. Batu, Kota Batu Minggu (24/2).

Koordinator #Presskil, Alfin Rizfandy mengtakan, jika ide pameran tersebut berasal dari dialog dan diskusi yang setiap hari dilakukan olehnya. ”Misalnya karya seperti ini (menunjuk salah satu karyanya) terus ada yang ngejek ‘lukisanmu elek, kamu ngak bisa melukis’ atau ejekan-ejekan yang lainnya. Nah, dari ejekan itulah kita angkat sebagai tema dalam pameran ini,” ujar pria asal Banyuwangi itu.

Alfin juga menjelaskan, pameran tersebut juga sebagai bentuk penolakan terhadap teori dalam sebuah karya. Yang mana, seorang seniman harus berpaku pada sebuah teori yang berlaku. Padahal menurutnya, seorang seniman tidak terpaku pada hal apapun dan bisa berkarya sesuai apa yang diinginkan seniman itu.

”Makanya, kelompok kita ini diberi nama Preiskil. Prei sendiri kan artinya menolak. Dalam artian, kita menolak gaya yang ada dan berkarya sesuai apa yang kita mau,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia mencontohkan salah satu karya lukisannya yang berjudul “Sudah Siap?”. Lukisan yang bergambar kardus tersebut diartikan bahwa kebanyakan orang hanya melihat luarnya atau bungkusnya saja. Dan tidak pernah mau melihat dari dalamnya.

”Seperti lukisan saya itu, ooo hanya sebuah kardus dan dilewati saja. Sebenarnya, kalau mau dilihat lebih dekat, ternyata sebuah lukisan. Bukan kardus yang ditempel-tempel lalu dipamerkan,” imbuhnya.

Sementara itu, adanya pameran itu dirinya berharap setiap seniman mau menerima semua karya tanpa menjelekkan satu sama lain. Padahal, ejekan itu menurutnya sudah mengejek dirinya sendiri. Maka dari itu, hal tersebut dirinya menyebutkan tidak perlu dilakukan. Karena, setiap manusia pasti ada kekurangan dan kelebihan. ”Dari situlah, ketika semua mau berbuat seperti dan saling mengoreksi diri sendiri. Dengan sendirinya akan terbentuk sebuah saling menghargai,” pungkasnya.(Hmz/Aka)