Polinema Kukuhkan Guru Besar Pertama Bidang Ilmu Teknik Mesin

Pengukuhan guru besar Prof. Dr. Ir. Bambang Irawan, M.T. (istimewa)
Pengukuhan guru besar Prof. Dr. Ir. Bambang Irawan, M.T. (istimewa)

MALANGVOICE – Usai memdapatkan SK oleh Menristek Dikti pada 22 Mei lalu, Prof. Dr. Ir. Bambang Irawan, M.T akhirnya dikukuhkan oleh Senat Politeknik Negeri Malang (Polinema) di Aula Pertamina, Rabu (18/9).

Direktur Polinema, Awan Setiawan menggatakan jika Bambang Irawan merupakan profesor atau guru besar pertama bidang Ilmu Teknik Mesin di Polinema.

“Pengukuhan ini, Prof. Bambang adalah guru besar pertama di Polinema. Keberadaannya memberikan kontribusi sangat besar terhadap Polinema,” ujarnya.

Hingga saat ini, sebanyak 73 dosen yang sudah bergelar doktor dan terdapat 58 dosen yang dimiliki Polinema sedang menempuh studi jenjang Doktoral. Pada 2020 mendatang, Polinema sendiri menargetkan akan memiliki 87 dosen yang bergelar doktoral. Hal tersebut menjadi tahap awal untuk meningkatkan jumlah guru besar di Polinema.

“Ini masih tahap awal bagi kami, masih ada beberapa tahapan. Apalagi saat ini, Polinema sudah memiliki guru besar. Harapannya dapat memberi motivasi kepada dosen lain di Polinema,” imbuhnya.

Sementara itu, Bambang Irawan diketahui telah menjadi dosen di Polinema sejak tahun 1982 di jurusan Teknik Mesin. Pada pidato ilmiahnya, Bambang menyampaikan penelitiannya yang bertajuk Peranan Energi Surya dalam Kontribusi Pasokan Energi Listrik yang Ramah Lingkungan.

“Saya menyoroti terkait besarnya potensi penggunaan panel surya sebagai pengganti sumber listrik yang berasal dari sumber daya batu bara maupun minyak. Dibanding dengan listrik dari PLN, estimasi biaya penggunaan panel surya memang masih lebih tinggi. Namun potensinya di masa depan cukup menjanjikan,” paparnya.

Tak hanya itu, bahkan Bambang Irawan menjadi guru besara ke empat dari seluruh Politeknik di Indonesia.

“Sejak Mei lalu, kredit untuk dapat diusulkan menjadi guru besar semakin besar. Kredit yang harus dipenuhi untuk diusulkan menjadi guru besar hanya berkisad di angka 500, sedang saat ini harus mencapai 868 angka kredit. Oleh karenanya, tantangan untuk meraih gelar sebagai guru besar juga semakin berat,” pungkasnya.(Der/Aka)