Petakan Daerah Rawan Bencana, Kota Batu Dibayangi Banjir dan Tanah Longsor saat Musim Hujan

Tim gabungan dibantu masyarakat membersihkan material tanah longsor yang mengakibatkan pipa Hippam sepanjang 96 meter terputus di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. (MVoice/BPBD Kota Batu).

MALANGVOICE– Pergerakan tanah yang memicu bencana tanah longsor rawan terjadi di Kota Batu yang didominasi topografi perbukitan berkontur miring. Memasuki awal Desember, kejadian tanah longsor terjadi di Desa Bulukerto, Bumiaji, Kota Batu pada Jumat (1/12).

Kejadian itu dipicu guyuran hujan berintensitas tinggi. Diperparah juga tidak adanya jalur pembuangan air sanitasi. Kejadian itu mengakibatkan pipa Hippam sepanjang 96 meter terputus dan mengakibatkan terganggunya layanan air bersih di Desa Bulukerto dan Desa Bumiaji.

BPBD Kota Batu mencatat bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor dan banjir rawan terjadi saat memasuki musim hujan. Beberapa wilayah masuk dalam peta kerawanan tinggi potensi longsor. Titik-titik potensi longsor di Kecamatan Bumiaji berada di Sumber Brantas sisi timur laut, Tulungrejo, Gunungsari, Sumbergondo. Selain itu, satu titik berada di Kecamatan Batu yakni Kelurahan Songgokerto, tepatnya di kawasan wisata Payung.

“Pemetaan ini sebagai bagian mitigasi bencana serta meminimalisir timbulnya korban jiwa. Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan di musim hujan, apalagi ketika melintasi daerah rawan tersebut,” ungkap Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu.

Baca juga:
Sertifikat Tanah Wakaf Cegah Potensi Sengketa

Honda AT Family Sukses Digelar di Rampal Kota Malang

Kota Batu Berstatus Siaga Darurat Bencana Karhutla di Musim Kemarau Panjang

77 Kejadian Bencana Melanda Kota Batu Sepanjang Januari-April 2023

BPBD Kota Batu menyiapkan 12 unit early warning system (EWS) pendeteksi tanah longsor. Lokasi pemasangan tersebar di Dusun Jurang Kuali, Dusun Lemah Putih, Dusun Kekep, Dusun Payan, Dusun Kungkuk, Dusun Punten, Dusun Ngebruk, Dusun Jantur, Dusun Baru Atas, Dusun Brau Bawah.

Cara kerja alat ini mengidentifikasi pergerakan tanah yang dideteksi kabel baja ekstensometer. Kabel baja akan tertarik dan mentransmisikan sinyal ke alat warning system. Sehingga membunyikan alarm, pertanda adanya pergeseran tanah atau gerakan tanah.

“Pemasangan alat tersebut diprioritaskan pada lokasi yang berada di kelerengan yang rawan bencana. Dan di bawahnya lereng terdapat permukiman dan kerapatan vegetasi mulai berkurang atau jarang,” lanjut Agung.

Sementara itu, daerah yang juga berpotensi terjadi banjir diantaranya berada di Desa Junjero dan Desa Mojorejo karena kedua kawasan itu adalah daerah yang paling banyak dilalui aliran Sungai Brantas. Sedangkan untuk Kecamatan Batu diantaranya adalah Kelurahan Sisir, Desa Sidomulyo, Kelurahan Ngaglik, Kelurahan Songgokerto, Kelurahan Temas, dan Desa Oro-Oro Ombo juga berpotensi dilanda banjir.

“Meski begitu, harapan kami masyarakat tidak panik. Kami imbau warga untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” ujar dia.

BPBD juga telah menyiapkan langkah mitigasi, baik struktural maupun non struktural. Langkah struktural seperti penghijauan yakni penanaman rumput vertivier. Sedangkan upaya mitigasi non struktural dilakukan dengan pemberian sosialisasi kepada masyarakat untuk memperhatikan lingkungan. Kemudian melakukan analisa kontinjensi.

“Kami juga berkoordinasi dengan seluruh OPD Pemkot Batu untuk menyamakan persepsi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana. Jadi misal sewaktu-waktu ada bencana, masing-masing itu sudah siap dengan tupoksinya,” imbuh Agung.(der)