MALANGVOICE – Kampung Kayutangan Heritage secara pelan namun pasti kini menjadi destinasi wisata andalan di Kota Malang.
Kayutangan terletak di Jalan Basuki Rahmat ini juga mulai berbenah. Penataan kursi di sepanjang pedestrian, lampu hias serta bangunan lawas semakin menjadikan Kayutangan sebagai warisan budaya di Kota Malang.
Belum lagi banyak festival yang digelar di sana sehingga banyak menarik wisatawan lokal maupun asing.
Dampaknya pun semakin positif dengan pertumbuhan dan perputaran ekonomi di wilayah Kayutangan Heritage.
Berbagai macam kuliner pun tersaji di sepanjang jalan hingga masuk ke dalam gang-gang kecil yang perlu dijajal.
Salah satu pengunjung Kayutangan Heritage yang ditemui MVoice, Hendra, mengaku sangat senang dengan lokasi Kayutangan Heritage.
Ia bisa memanfaatkan banyak tempat di sana untuk berkumpul bersama teman untuk ngopi atau bahkan hanya duduk santai di kursi pedestrian yang sudah tertata cantik.
“Biasanya sama teman-teman akhir pekan selalu ke sini. Ya selain bagus tempatnya kalau malam juga tidak bingung mencari lokasi nongkrong atau kulineran,” ungkapnya.
Jajanan Andalan Kayutangan Heritage
Salah satu jajanan khas di Kayutangan adalah Ontbijtkoek (Ombikuk). Ontbijtkoek adalah kue khas negara kincir angin yang kaya rempah di dalamnya. Warnanya coklat, dengan kacang almond atau kenari sebagai topingnya, serta rasa dan aroma dominannya adalah kayu manis. Pas sekali sebagai pendamping minum kopi atau teh.
“Hampir semua warga di sini sudah bisa membuat kue Ontbijtkoek. Kami beberapa kali adakan pelatihan untuk pembuatan kue ini. Untuk sementara memang hanya made by order ya. Karena kalau kue, cake semacam ini kan hanya tahan maksimal tiga hari,” terang Ninik Abdilah, seorang pegiat Pokdarwis Kayutangan.
Kue ini seakan menjadi primadona sebagai oleh-oleh karena dipesan banyak pihak. Ninik mengaku, pesanan Ontbijtkoek dijual bervariasi mulai Rp4 ribu sampai Rp80 ribu tergantung ukuran.
Tak hanya berbentuk cake. Kue Ontbijtkoek ini juga bisa dikreasikan menjadi kue dengan gaya berbeda. Seperti yang dilakukan Sri Arniati, pemilik UMKM Gubug Lombok, melalui inovasi, kreativitas, dan tangan terampilnya, Ontbijtkoek juga disulap menjadi cookies dan pie.
“Kalau cookies ini kan lebih tahan lama, jadi cocok juga untuk oleh-oleh. Kalau pie Ontbijtkoek ini, saya kepikirannya kalau brownis bisa diolah menjadi pie brownis kan. Nah kalau Ontbijtkoek kenapa tidak dibuat pie juga. Ternyata hasilnya enak. Ini pertama kali saya coba,” papar wanita yang akrab disapa Atik ini.
Menjelajah lebih dalam, kita akan menemukan Warung Mak Nap yang sudah berjualan sejak 1958. Warung dengan bangunan lawas bercat kuning inu bisa dengan mudah ditemukan di Gang 2 Kayutangan.
Adapun menu yang ditawarkan antara lain, soto, rawon, nasi pecel dan nasi campur. Yang menjadi favorit para pelanggan di warung ini adalah soto babat yang tersaji hangat di sebuah piring.
Lebih nikmat lagi disantap dengan perkedel kentang dan juga aneka sate seperti misalnya sate daging dan sate usus.
Untuk bisa menikmati hidangan-hidangan tersebut, Nawak Ngalam cukup menyiapkan dana sebesar Rp15.000,00 hingga Rp25.000,00 untuk setiap porsi makanannya.
Pemilik warung, Yanti, bercerita, ia adalah generasi ketiga yang mengelola warung tersebut. Awalnya, neneknya yang memulai usaha pada tahun 1958 di lokasi yang sama. Usaha tersebut kemudian berlanjut dikelola ibu dan budenya, dan kini Yanti melanjutkan usaha turun-temurun keluarganya tersebut.
“Untuk memasak semua makanan ini, ibu saya masih turun tangan langsung. Jadi semua makanan ini masih menggunakan resep asli yang sama dari mbah saya mulai berjualan di tahun 1958 itu,” ujarnya.
UMKM Manfaatkan Teknologi
Ketua Pokdarwis Kampoeng Heritage Kajoetangan, Mila kurniawati, menambahkan, sebenarnya ada lebih dari 100 UMKM yang ada di wilayahnya, namun hanya sekitar 30 an yang terdaftar.
“Maksud yang terdaftar adalah UMKM yang bertema kuliner jadul dan menunjang pariwisata (oleh-oleh),” kata Mila kepada MVoice, Jumat (14/10).
Mila melihat geliat Kampung Kayutangan Heritage sudah terlihat sejak dibuka setelah pandemi Covid 19 selama dua tahun belakangan.
Hal ini terlihat mulai banyaknya kunjungan wisata di sekitar Kayutangan Heritage, mulai hanya sekadar berfoto atau juga berbelanja hingga masuk ke dalam kampung.
Warga di sana selama pandemi Covid 19 juga semakin kreatif belajar memasarkan produk lewat online. Hasilnya juga cukup lumayan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sekaligus mengenalkan produk ke luar Malang.
“Sekarang ditambah koridor Kayutangan bergeliat menjadi umpan untuk bangkit kembali. Tidak serta merta semua langsung bangkit, tapi bertahap. Sebagian masih “menunggu” tamu yang masuk, sebagian sudah berjalan ke depan dengan memasarkan produknya secara online,” imbuhnya.
Untuk memaksimalkan pemasaran, selain menggunakan teknologi online, para UMKM di sana juga terus digembleng pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk dan SDM.
Wanita berkerudung ini mengaku banyak menggandeng pakar dan praktisi dari akademisi untuk membekali pelaku UMKM di Kayutangan Heritage.
“Beberapa kali mengikuti pameran, bazar yang mengikutkan produk lokal warga. Beberapa produk juga sudah kita promosikan melalui medsos pokdarwis maupun tingkat kota,” jelasnya.
“Selanjutnya akan tetap dilakukan pendampingan pengurusan legalitas usaha, peningkatan kualitas produk dan semacamnya,” Mila menadaskan.(der)