Pentingnya Peran Orangtua Bagi Masalah Reproduksi Remaja

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang, Agus Suhartono. (Lisdya Shelly).
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang, Agus Suhartono. (Lisdya Shelly).

MALANGVOICE – Remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan cenderung ingin mengeksplorasi dunia. Apabila tidak diberi perhatian dan dibiarkan tanpa pengawasan, perbuatan berisiko ini dapat memunculkan berbagai masalah.

Salah satu masalah kerap terjadi yakni kesehatan reproduksi.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang, Agus Suhartono, mengatakan kesehatan reproduksi sering disalahartikan secara sempit hanya sebagai hubungan seksual, sehingga banyak orangtua yang merasa bahwa topik pembicaraan ini tidak pantas untuk dibicarakan dengan remaja.

“Padahal, kesehatan reproduksi merupakan keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sangat penting untuk dimengerti remaja, sehingga tidak selalu membahas mengenai hubungan seksual,” kata Agus kepada MVoice, Senin (4/6).

Tidak adanya informasi yang akurat menyebabkan remaja mencari dan mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari sumber-sumber yang kurang terpercaya, seperti teman-temannya atau dari media-media porno.

“Persepsi mereka tentang seks dan kesehatan reproduksi inilah yang menjadi salah dan tidak sehat,” imbuhnya.

Persepsi mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang salah dapat ikut terbawa ke dalam perilaku seksual mereka.

Seperti yang dikatakan Agus, bahwa remaja yang aktif secara seksual, miskonsepsi ini dapat meningkatkan perilaku seks berisiko menyebabkan terkena penyakit menular seksual. Penyakit ini dapat berupa keputihan, klamidia, gonorea, hingga HIV AIDS. Apabila dibiarkan, penyakit tersebut dapat mengakibatkan infeksi lebih lanjut dan membahayakan dirinya.

“Saat ini kan kita sering menjumpai, masih banyak remaja yang takut untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan orangtua karena malu, takut dimarahi, atau dihukum. Banyak pula remaja yang tidak tahu bahwa mereka terkena penyakit kesehatan reproduksi, namun enggan untuk memeriksakannya ke dokter,” tegasnya.

Karena itu, Agus mengatakan orangtua memiliki peranan penting dalam kehidupan remaja, sehingga orangtua perlu lebih intensif dalam menanamkan nilai moral yang baik. Salah satunya dengan menjelaskan kerugian hubungan seksual pranikah dari segala sisi, dari potensi penyakit yang dapat ditularkan dari perilaku seks berisiko hingga konsekuensi dari ketidaksiapan mental dan finansial dalam memulai kehidupan rumah tangga akibat kehamilan tidak terencana.

“Lebih baik pendidikan tersebut diberikan dengan prinsip kasih sayang dan keterbukaan, sehingga remaja akan lebih nyaman dan membuka dirinya dalam membicarakan masalahnya terkait kesehatan reproduksi. Sikap anti tentang segala hal yang menyangkut kesehatan reproduksi dan seksualitas sama sekali tidak akan membantu anak-anak Anda dalam lebih memahami segala risiko yang dapat terjadi akibat salah pemahaman,” pungkasnya.(Der/Ak)