MALANGVOICE – Olahan kerajinan tangan dari bambu masih banyak digemari hingga kini. Harga yang terjangkau dan awet adalah beberapa alasan maraknya pembeli.
Barang yang terbuat dari bambu juga memiliki keunikan yang berbeda dibandingkan bahan baku kayu yang lain. Jika digunakan, ia lebih terlihat lentur dan klasik.
“Olahan bambu disini macam–macam ada gazebo, kursi dan meja. Biasanya juga tergantung konsumen permintaannya apa, kami buatkan,” terang pemilik salah satu tempat pengerajin bambu, Asmad yang berada di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji.
Permintaannya kini cendrung meningkat. Dalam sehari, jika ramai ia bisa mendapatkan keuntungan kisaran Rp 8 juta. Jauh beberapa bulan lalu yang hanya menyentuh angka Rp 3 juta perharinya imbas pandemi covid-19.
Pria kelahiran Singosari ini memang sangat ulet dalam mengolah bambu. Nyaris tidak ada yang terbuang meskipun batang sisa atau rusak. “yang rusak bisa dijadikan sangkar burung. Semua bisa dibuat asal kita mau, dalam usaha kan yang utama adalah niat,” jelasnya.
Usahanya ini dirintis sejak 16 tahun yang lalu. Naik turunnya permintaan menjadi sesuatu yang sudah tidak asing. Namun, ditengah maraknya permintaan konsumen ia sering mendapati batang bambu yang belum diolah pecah. Alasannya karena terik matahari yang panas langsung menyentuh bambu.
“Mangkannya kalau sedang panas biasanya ditutupi. Kalau sudah terlanjur pecah, ya tinggal mikir bisanya diolah untuk tetap jadi uang itu apa,” ucapnya sambil tertawa.
Pengerjaan gazebo, kursi dan pagar biasanya memakan waktu 2 sampai 3 hari. Pembelinya meliputi hingga pulau Kalimantan dan Papua. “Mereka yang ambil dari luar pulau sudah menyiapkan pengirimannya kesana. Saya cuma tahu mereka ambil dari sini saja,” kata lelaki berusia 65 tahun itu.
Bahan bambu yang ia olah dibelinya dari daerah Blitar dan Malang. Harga kerajinan tangan yang ada berkisar dari Rp 150 ribu sampai 2,5 juta tergantung jenis dan ukurannya.(der)