MALANGVOICE – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu mengembangkan budidaya lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF).
Larva (maggot) yang dihasilkan dari serangga itu dimanfaatkan untuk mengurai limbah organik di TPA Tlekung. Hal itu sejalan dengan program DLH yang menargetkan pengurangan volume sampah 20 persen di tempat pembuangan akhir.
“Maggot atau belatungnya dapat membantu mengurai limbah organik sehingga bisa berperan dalam menangani pengurangan volume sampah di TPA Tlekung,” terang Kepala DLH Kota Batu, Aries Setyawan.
Pengembangbiakan lalat tentara hitam ditempatkan di TPA Tlekung. Larva didapat dari proses biokonversi yang dapat membantu fermentasi anaerob sehingga cepat mengurai sampah organik.
“Penguraiannya cepat dan tidak berbau. Selanjutnya dari penguraian sampah organik bisa dimanfaatkan kompos. Larvanya pun bisa digunakan untuk pakan ternak karena mengandung protein dan asam amino,” ucap mantan Camat Batu itu.
Lalat ini, lanjut Aries cukup aman terhadap kesehatan manusia karena tidak mengandung biang penyakit layaknya lalat sampah.
Bahkan kemampuan BSF dalam mengurai sampah organik tak perlu diragukan lagi. Apalagi maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen.
“Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik dua sampai lima kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari,” terang dia.
Cara budidaya maggot juga terbilang mudah. Yang dibutuhkan yaitu kandang lalat BSF yang berfungsi sebagai tempat BSF kawin dan memproduksi telur hingga penetasan.
Kandang ini bisa ditutup menggunakan kawat, kasa atau jaring dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari.
“Untuk tempat bertelur bagi lalat BSF betina, perlu disiapkan kardus, kayu, atau papan yang memiliki celah. Taruh telur di media penetasan berupa box atau wadah kecil. Telur akan menetas dalam 3-4 hari. Terakhir, siapkan rak atau biopond untuk tempat pembesaran maggot,” pungkas Aries.(end)