Pemasangan 15 EWS Menjadi Target BPBD untuk Minimalisir Dampak Tanah Longsor

Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu saat diwawancarai Malangvoice.com (Achmad Sulchan An Nauri)

MALANGVOICE – Kota Batu yang terletak di wilayah pegunungan membuat rawan untuk terjadi bencana tanah longsor. Hal ini diakibatkan banyak wilayah Kota Batu yang berada dalam kontur tanah miring.

Antara lain Kecamatan Bumiaji berada di Sumber Brantas sisi timur laut, Tulungrejo, Gunungsari, Sumbergondo. Selain itu, satu titik berada di wilayah Songgokerto, tepatnya di kawasan wisata Payung.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menyiapkan tindakan kesiapsiagaan untuk meminimalisir dampak keruguan akibat tanah longsor.

Tindakan itu salah satunya BPBD Kota Batu menargetkan 15 unit pemasangan early warning system (EWS) pendeteksi tanah longsor. Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengatakan, saat ini 4 unit EWS telah dipasang.

Keempat alat itu, satu berasal dari pengadaan melalui APBD. Satu lainnya bantuan dari BNPB dan dua unit lagi bantuan dari Dinas ESDM Provinsi Jatim. Agung mengatakan, pihaknya akan menambah pemasangan alat pendeteksi longsor secara bertahap untuk merealisasikan 15 unit EWS.

Tahun 2021 BPBD akan dilanjutkan penambahan lima unit lagi. Usulan itu sudah dianggarkan dalam keuangan daerah 2021. “Pihak legislatif juga mendukung hal tersebut sebagai bentuk perlindungan kepada masyarakat,” papar Agung.

Satu EWS membutuhkan anggaran sebesar Rp 110 juta. Untuk ekstensometernya saja sekitar Rp 55 juta dan warning sistemnya sekitar Rp 47 juta.

Alat ini berfungsi untuk mengidentifikasi pergerakan tanah yang terdeteksi oleh kabel baja ekstensometer. Ketika ada pergeseran tanah kabel baja akan tertarik dan mentransmisikan sinyal ke alat EWS.

Setelah itu EWS akan membunyikan alarm, pertanda adanya pergeseran tanah atau gerakan tanah. Sehingga potensi tanah longsor langsung dapat diketahui.

“Pemasangan alat tersebut diprioritaskan pada lokasi yang berada di kelerengan yang rawan bencana. Dan di bawahnya lereng terdapat permukiman dan kerapatan vegetasi mulai berkurang atau jarang,’’ lanjut Agung.

Selain itu, BPBD juga telah menyiapkan langkah mitigasi, baik struktural maupun non struktural. Langkah struktural seperti penghijauan yang dilakukan di awal tahun lalu yakni penanaman rumput vertivier.

Sedangkan upaya mitigasi non struktural dilakukan dengan pemberian sosialisasi kepada masyarakat untuk memperhatikan lingkungan. Kemudian melakukan analisa kontinjensi. Serta membentuk desa tangguh untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terutama pada daerah rawan longsor.

“Ada 15 desa/kelurahan desa tangguh di Kota Batu. Seluruh desa/kelurahan ditargetkan sebagai desa tangguh bencana,” tandas Agung.(der)