Panpel Minta Cek CCTV Terkait Pintu Stadion Tertutup saat Tragedi Kanjuruhan

Manajer Arema, Ali Rifky; Ketua Panpel Abdul Haris; dan kuasa hukum Sumardhan. (Deny/MVoice)

MALANGVOICE – Ketua Panpel Arema, Abdul Haris angkat bicara mengenai masalah pintu keluar Stadion Kanjuruhan yang tertutup saat tragedi terjadi pada Sabtu (1/10).

Dalam keterangannya kepada media, Haris mengaku pintu sesuai SOP sudah dibuka menjelang pertandingan bubar.

“Kami panpel membawahi 200 lebih pam steward berjaga di beberapa titik. Di pintu dan tempat alur pemain, media, tamu, semua sudah tersedia,” kata Haris.

“Setelah pertandingan selesai, dari laporan Pak Suko Sutrisno, semua pintu sudah dibuka,” lanjutnya.

Baca Juga: Abdul Haris Minta Periksa Gas Air Mata: Ini Beda dengan Peristiwa 2018

Suko sendiri sebagai security officer yang ditunjuk panpel. Suko kemudian juga ditetapkan sebagai tersangka dalam peristiwa ini.

Haris sendiri tidak mengetahui kenapa pintu yang sudah dibuka sebelum pertandingan selesai malah dilaporkan kembali ditutup. Hal ini kemudian menjadi sorotan karena banyak penonton terjebak tidak bisa keluar saat muncul tembakan gas air mata di dalam stadion.

“Sesuai SOP pintu semua terbuka, kalau ada oknum yang nutup silakan lihat cctv, silakan dibuka cctv di sana. Setiap pintu ada CCTV dan pam kepolisian setiap pintu,” tantang Haris.

Pernyataan Haris ini juga dikuatkan Manajer Arema FC, Ali Rifky, ia menyatakan berdasarkan pengakuan salah satu saksi korban di Stadion Kanjuruhan, saat itu sekitar menit 85, pintu sudah dibuka.

Namun, setelah ada ricuh, anehnya pintu keluar kemudian malah ditutup.

“Dia sampaikan ke saya, waktu menit 85 dia lari masuk karena pintu terbuka. Setelah kejadian, pintu tertutup. Dia nonton sama adiknya yang jadi korban,” kata Ali.

Sementara itu Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan fakta dari hasil penyelidikan anggota dan olah TKP di lapangan.

Disebutkan seharusnya, 5 menit sebelum pertandingan berakhir, maka seluruh pintu dibuka. Namun saat itu pintu dibuka namun tidak sepenuhnya.

“Steward harusnya ada di tempat pintu keluar,” kata Listyo, Kamis (6/10).

Selain itu Kapolri mengungkap adanya besi melintang yang dapat akibatkan penonton menjadi terhambat saat melewati pintu itu. Apalagi dalam jumlah banyak.

“Kemudian terjadi desak-desakan, sehingga menjadi sumbatan hampir 20 menit. Dari sana muncul banyak korban, patah tulang, trauma di kepala dan juga sebagian besar alami asfiksia,” ujar Kapolri.(der)