Pakar Pedesaan Bicara Desa Kreatif di UB

Lokakarya Nasional 2015 bertema Desain Desa Inovatif dalam Kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN. (istimewa)

MALANGVOICE – Modal berkembangnya desa memiliki tiga kekuatan, yakni local voice, local choice, dan local wisdom. Namun, kekuatan local wisdom tidak banyak diperhatikan oleh pemerintah.

Hal itu terungkap dalam Lokakarya Nasional 2015 bertema ”Desain Desa Inovatif dalam Kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN”, di Gedung FIA UB, siang tadi.

Lokakarya diprakarsai Laboratorium Politik dan Tata Pemerintahan FIA UB bersama Ikatan Pemerhati Pemberdayaan Masyarakat Indonesia cabang Jawa Timur.

Salah satu pemateri, Dr Khairul Muluk MSi, mengatakan desa adalah bentuk pemerintahan lokal yang sebenarnya. Pakar partisipasi publik itu menyarankan agar pemerintah pusat memberi peluang seluasnya kepada masyarakat desa untuk terus belajar.

“Kearifan lokal atau local wisdom ini ibarat DNA yang khas bagi sebuah desa. Karenanya desa harus memahami karakteristiknya dan membuat rencana pengembangan berdasarkan potensi,” ujar Muluk yang juga sebagai Pembantu Dekan bidang Akademik FIA UB.

Sementara itu pemateri lain, Dr Wilopo MAB, mengusulkan pemerintah untuk memulai proses inovasi dari desa dan bukan sebaliknya. Menurut Wilopo, tiga faktor utama kemakmuran desa adalah inovasi, jiwa wirausaha, dan teknologi baru.

Dikatakan, pentingnya inovasi untuk kemakmuran desa tercermin dari keberanian Amerika Serikat dan Tiongkok dalam menggelar ajang Young Entrepreneur in Village.

“Inovasi tidak melulu berbicara tentang produk baru, tetapi bagaimana melakukan hal lama dengan cara-cara baru,” kata Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis FIA UB itu.

Lokakarya dihadiri sejumlah perwakilan pemerintah provinsi, kota/kabupaten se Jawa Timur, praktisi perdesaan, serta akademisi di bidang administrasi publik.

Acara sekaligus sebagai kompetisi desa inovatif yang dihelat sehari sebelumnya. Sembilan desa dipertandingkan di babak final setelah melalui tahap seleksi dari 25 desa se-Jawa Timur.

Sembilan desa itu diminta mempresentasikan konsep inovasinya. Beberapa kota di Jawa Timur mengirimkan satu desa perwakilan di babak final, di antaranya Trenggalek, Blitar, Ngawi, Mojokerto, dan Malang.-