Paham Radikalisme Mengintai Mahasiswa, Begini Upaya UMM

Fauzan saat ditemui awak media. (Anja a)
Fauzan saat ditemui awak media. (Anja a)

MALANGVOICE – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis beberapa nama kampus yang disinyalir menjadi pertumbuhan paham radikalisme. Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri, pun pernah menyatakan, ada dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) teridentifikasi banyak mahasiswanya menyuarakan radikalisme.

Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang, Mohammad Bisri tak memungkiri ada indikasi paham radikal telah berkembang di kampus yang dipimpinnya. Ia punya pengalaman diajak bergabung ke dalam kelompok yang ingin mengganti Pancasila dan NKRI dengan sistem khilafah. Tentu saja Bisri menolak gagasan itu.

Mengenai tumbuhnya paham radikal di kampus, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ikut berkomentar. Rektor UMM, Fauzan, menjelaskan, upaya yang mereka lakukan untuk deradikalisasi adalah pendampingan terhadap seluruh kegiatan mahasiswa melalui dosen.

“Pengawasan ini melalui dosen-dosen yang menjadi pembina dan pembimbing organisasi. Tugas mereka mengontrol dan memantau ideologi yang berkembang. Dikhawatirkan jika mengarah pada radikalisme. Ini sudah kita lakukan sejak lama sebelum isu ini mencuat,” kata Fauzan, Selasa (5/6).

Dia berpendapat, paham radikalisme bisa tumbuh subur di kampus negeri, karena kampus negeri menganut ideologi yang lebih global. Tidak seperti UMM dengan ideologi ke Islaman.

“PTN mengusung ideologi kebangsaan, nasional,” tukasnya.

Fauzan menceritakan, tahun 2005 lalu, ada lima mahasiswa UMM yang menjadi korban dari paham radikal. Mereka dicuci otaknya oleh salah satu kelompok radikal. Bahkan, kelimanya juga sempat dikabarkan hilang selama beberapa hari.

“Pernah ada kejadian mahasiswa terpapar radikalisme, tapi mereka korban. Saya ingat betul karena waktu itu saya jadi Kabiro Kemahasiswaan,” pungkasnya.(Der/Aka)