Nurhayati Ali Assegaf: Pemkab Malang Harus Tarik LKS SD yang Muat Kalimat Sadisme

Nurhayati Ali Assegaf

MALANGVOICE – Dunia pendidikan tanah air khusunya di Kabupaten Malang, kembali dihebohkan dengan beredarnya Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Di LKS itu memuat materi pembelajaran yang tidak pantas untuk anak sekolah dasar. Beredarnya LKS dengan konten sadisme itu tentu saja meresahkan para orang tua

Anggota DPR RI dari Dapil V Jawa Timur, Nurhayati Ali Assegaf pun sangat menyayangkan dan mengecam beredarnya LKS tersebut. Ia meminta Pemkab Malang segera mengambil tindakan dan langkah-langkah mengusut keberadaan LKS tersebut. “Saya minta Pemerintah Daerah Malang segera menarik peredaran LKS yang sangat bertentangan dengan kaidah pendidikan tersebut,” kata Nurhayati Ali Assegaf, dalam rilis yang diterima MVoice, beberapa menit lalu.

Politisi Partai Demokrat juga mendesak instansi terkait, khususnya dinas pendidikan untuk mengusut tuntas keberadaan LKS ini. “Ini kita kecolongan. Peran dinas pendidikan setempat kurang maksimal dalam melakukan proteksi terhadap modul pembelajaran anak sekolah di Malang,” tegasnya.

Seperti diketahui, kata-kata sadis muncul beberapa kali dalam buku LKS pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas IV SD tersebut. Salah satunya, tertulis kalimat yang menceritakan aksi sadisme pembunuhan wanita dengan cara memenggal kepala korban dan memasukkannya dalam kaleng.

“Saya mengetahui berita di televisi, ada seorang wanita membunuh sahabat karibnya. Kepala wanita tersebut dipenggal dan disimpan dalam kaleng. Padahal dia tidak bersalah,” demikian tertulis dalam LKS tersebut.

Siswa kemudian diminta memberi tanggapan dengan sejumlah pilihan yang dianggap mengenalkan dan mengajarkan sadisme. Contohnya, pilihan “a) Harus dibunuh dan dipenggal juga”, tertulis dalam LKS tersebut.

LKS dengan nama ‘Brilliant’ itu memiliki tebal 63 halaman, diterbitkan oleh PT Jepe Press Media Utama, Jalan Raya Ngagrek KM 10 Sambirejo- Tanjunganom, Nganjuk. LKS tersebut telah tersebar di sejumlah sekolah dasar di kabupaten Malang. Kemunculan kalimat-kalimat sadis itu mengundang keprihatinan sejumlah pihak.