MENDAPATKAN sebuah buku dengan tampilan eksklusif langsung dari penulisnya, tentu membuat kita merasa begitu istimewa. Ahai..saya benar-benar merasa tersanjung.. Buku dengan hard cover warna hijau itu tampak elegan. Bahkan, belum membuka bukunya pun saya percaya isinya tentu tak kalah elegan dengan sampulnya.
Kumpulan quotes yang dirangkai dalam “Mutiara Berserak” ini merupakan buku kedua yang ditulis seorang wanita yang saya panggil Bu Anita. Buku pertamanya, sebuah novel yang berjudul “Menunggumu di Maldives” sudah saya baca ketika buku itu baru selesai dicetak. Novel romantis yang mengajak pembacanya berkelana ke negeri nun jauh di sana.
Berbeda dengan buku pertama, buku kedua ini merupakan quote Bu Anita yang ia tulis setiap hari di ponsel maupun media sosialnya. Isinya pun beraneka tema, mulai dari curahan pikiran dan perasaan tentang cinta, kehidupan, kekecewaan, kesedihan, kepedulian, keluarga, pertemanan, dan kekuatan doa. Kalimatnya lebih banyak berupa ungkapan untuk mengingatkan diri sendiri. Tentu, ada juga yang berisi nasihat untuk teman-teman atau keluarganya sendiri.
Saya mengenal Bu Anita sejak tahun 2006 saat ia baru menjadi guru bahasa Inggris di SMK. Dengan pembawaan ceplas-ceplos alias menyampaikan apa-apa secara langsung, ia kerap membuat para siswa tersenyum kecut jika ditegur. Antara ungkapan marah, nasihat, bahkan solusi, semuanya disampaikan langsung. Berbagai luapan emosi itu terkadang membuat orang yang mendengarnya ikut tersenyum, tertawa, atau bahkan terharu ikut terhanyut dengan kisahnya. Tidak heran jika Bu Anita sering menuliskan quote semacam itu di ponselnya.
Ada kalanya ia berusaha membangkitkan rasa percaya diri orang lain yang tengah merosot semangatnya. Benar…ia piawai menjadi motivator bagi orang-orang di sekitarnya. Begitu pedulinya ia pada orang lain, hingga terkadang ia tak sadar masuk terlalu dalam untuk ikut mencari solusi.
Dari beragam tulisannya, saya suka dengan Neraca Hati. Tulisan itu menggambarkan bagaimana menyikapi penilaian orang lain terhadap diri kita. Senantiasa bersyukur atas apa yang kita miliki, menjadi muara di setiap tulisannya. Bukan kepasrahan tanpa usaha, melainkan keikhlasan menerima jika harapan tak tercapai sepenuhnya. Tidak perlu kecewa dengan kekurangan kita, tapi ambillah hikmahnya, karena setiap manusia sudah punya takarannya.
Tiap-tiap jiwa mempunyai ukuran hatinya sendiri
Untuk menyikapi suka dan duka.
Sementara orang lain hanyalah penonton yang sah
Menilai apa saja.
Penonton yang bijak dan cerdas tidaklah menilai
Mentah-mentah orang lain dengan pemikirannya sendiri.
Namun, mampu mencermati dan menemukan nilai
Kehidupan yang selayaknya bisa diteladani,
Dengan pemikiran positif, bersih dari iri dan dengki.
………
Identitas Buku
Judul : Mutiara Berserak
Penulis : Anita Wahyuning Kursasi
Tebal : 217 halaman
Penerbit : Diandra Kreatif/ Mirra Buana Media
Tahun terbit : 2021
Keikhlasannya membantu orang lain juga sering saya ketahui melalui tulisannya dalam status yang ia posting. Bukan bermaksud pamer, tapi ia menawarkan diri membantu siapa saja yang membutuhkan uluran tangannya. Itu tergambar juga dalam tulisannya, bahwa hidup adalah memberi. Sebuah keikhlasan yang tampak dari munculnya rasa bahagia saat melihat orang lain bahagia, seperti yang tertulis di salah satu quote-nya.
Kadang, ada segelintir orang yang begitu ikhlas,
tidak mementingkan dirinya sendiri.
Mereka seperti terlahir hanya untuk memberi kebahagiaan
pada sesama.
Membantu orang lain dan melepaskan keinginan dirinya.
Mereka bersuka cita bekerja untuk orang lain,
tanpa menghitung seberapa besar pengorbanannya.
……….
Buku dengan tebal lebih dari 200 halaman itu memang lebih banyak menggambarkan bagaimana Bu Anita menyikapi berbagai persoalan yang pernah melandanya. Saya katakan begitu, karena saya sering berbincang-bincang dengannya saat ia masih menjadi guru SMK. Jelas bahwa setiap tulisannya berusaha menguatkan setiap jiwa yang sedang bersedih, kecewa, jengkel, atau nyaris putus asa. Setidaknya, ia tidak hanya menguatkan dirinya melalui perjuangan dan ketakwaan, ia pun menguatkan orang lain agar tegar dalam menghadapi setiap persoalan.
Tentang buku ini, saya ucapkan selamat dan salut atas apa yang telah dilalui Bu Anita, sosok pekerja keras yang pantang menyerah, meski ada kalanya ia bisa merajuk dan bermanja. Sebagai sahabat lama, jelas saya ikut senang atas kesuksesan yang diraihnya. Semuanya tidak ada yang tiba-tiba, tapi ketekunan dan kesungguhannya memang layak diacungi jempol. Sekali lagi, selamat dan sukses selalu buat Bu Anita Wahyuning Kursasi.(*)
*Guru SMK Putra Indonesia Malang