Modus Baru Penipuan Sasar Yayasan di Kota Malang, Pelaku Nyamar Jadi Donatur

Terduga donatur yang menipu yayasan di Kota Malang yang tereka CCTV yayasan. (Foto: Qurothul Ayuni/MalangVoice)

MALANGVOICE – Sebuah yayasan di Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang menjadi korban penipuan uang sebanyak Rp 2 juta.

Koordinator Yayasan Peduli Kasih KNDJH (Kisah Nyata dan Jeritan Hati), Nur Miftahul Jannah menjelaskan penipuan tersebut terjadi pada Rabu (6/1). Kala itu, yayasannya kedatangan seorang bapak-bapak dan mengaku sebagai donatur.

Dia meceritakan seorang bapak berpeci hitam dan jaket coklat itu awalnya bermodus mau membantu membelikan keramik untuk pembangunan panti asuhan dan panti jompo. Kebetulan, yayasan yang konsen terhadap perlindungan balita dan lansia terlantar itu memang sedang proses membangun dua aset tersebut.

“Dia datang ke kami dan mengaku donator. Katanya mau membantu pembangunan. Karena seperti itu, Alhamdulillah, ini rejeki, batinku saat itu,” kata dia menceritakan kronologinya kepada MalangVoice, Jum’at (8/1).

Dia mengatakan saat berbincang di kantor yayasan, donatur itu menunjukan foto bahwa sudah mentransfer dana sebesar Rp 1 juta ke rekening milik yayasan. Hal itu sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar ingin membantu.

Namun, dia mengaku tidak bisa langsung mengecek mutasi rekening yayasan. Miftah mengaku percaya saja, apalagi ada bukti. “Saat itu kan ngak mungkin langsung kami cek mutasi rekening. Karena orangnya kan masih ada di depan saya. Ya percaya saja,” ungkapnya.

Usai panjang lebar berbicara dengan donatur tersebut terkait bantuan kepada yayasan. Dia menyebutkan donatur itupun meminta untuk diperlihatkan lokasi pembangunannya serta kamar anak-anak yang diasuhnya.

Di tengah-tengah itu, Miftah mengatakan donatur itu tiba-tiba ditelepon orang yang katanya mau menjual barang-barangnya dengan alasan pindah rumah. Beberapa diantaranya seperti televisi, sofa, lemari, kasur, rice coker, jemuran dan lain sebagainya dengan hanya dipatok seharga Rp 6 juta.

“Nah, barang-barang itu ditawarkan ke kami, katanya mumpung murah. Dia menawarkan ke kami dengan hanya bayar Rp 2 juta. Sisanya, Rp 4 juta dia yang bayar dengan modus ikut membantu,” terangnya.

Setelah diperlihatkan foto barang-barangnya dan terlihat masih bagus. Miftah merasa yayasannya butuh dan mengiyakan saja tawarannya. Apalagi, dia juga melihat sendiri donatur itu ditelepon oleh pemilik rumah tersebut.

“Karena merasa ngak enak hati. Akhirnya, saya bayar yang Rp 2 juta. Toh, pikirku orangnya juga udah nyumbang yayasan. Jadi, ya tidak curiga sedikitpun,” ujarnya.

Setelah memberikan uang Rp 2 juta, Miftah mengatakan donatur itu langsung pergi. Namun, dia mengaku sempat terbesit apakah barangnya akan benar-benar ada atau tidak. Tapi, dia coba untuk percaya saja dan menunggu barangnya datang.

Setelah ditunggu sampai maghrib dan barang-barangnya tidak kunjung datang. Dia mengaku mulai curiga dan tidak enak hati. Dia pun langsung kepikiran yayasannya sudah tertipu.

Hal itupun diperkuat dengan temuan usai mengecek rekening yayasannya tidak ada transferan uang sebagaimana nominal yang ditunjukkan donatur tersebut. Padahal, kata dia, donatur tersebut sebelumnya mengaku sudah transfer uang Rp 1 juta kepada yayasan dan ada buktinya.

“Disanalah saya curiga bapak itu benar-benar niat banget untuk menipu kami. Apalagi, saat ditelepon, nomornya sudah mati dan tidak aktif. Dan sampai detik ini, barangnya tidak datang,” kata dia.

Saat ini, Miftah mengaku lebih memilih untuk menjadikannya sebagai pelajaran kepada yayasannya. Dia juga berpesan kepada semua pihak, khususnya yayasan, agar berhati-hati dan jangan sampai kejadian serupa terulang.(der)