Meski Bukan Daerah Endemis, Setiap Tahunnya Ditemukan 3 Kasus Baru Kusta di Kota Batu

Penyakit kusta merupakan golongan adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. (MVoice/ft: gettyimages.com)

MALANGVOICE– Setiap tahunnya ditemukan 1-3 orang penderita kusta baru, sekalipun Kota Batu bukan merupakan daerah endemis penyakit yang disebabkan infeksi bakteri mycobacterium leprae.

Dinkes Kota Batu menyebutkan di tahun 2023, ditemukan 1 kasus baru kusta tipe pausi basiler (PB) atau kusta kering/kuman sedikit. Si penderita menjalani pengobatan bulan kelima.

Sementara untuk kusta tipe multi basiler (MB) atau kusta basah/kuman banyak ditemukan 2 kasus di tahun 2020. Kedua penderita menjalani terapi release from treatment (RFT). Kemudian pada tahun 2021 terdapat 3 penderita (1 RFT dan 2 meninggal). Pada 2022 sebanyak 3 orang (1 RFT dan 2 meninggal. Tahun 2023 terdapat 1 penderita dalam pengobatan bulan keenam.

“Angka kunjungan ke Kota Batu yang tinggi serta pengiriman produk pertanian keluar Kota Batu (interaksi penduduk dengan warga berbagai kota) menjadi potensi masih bisa munculnya penyakit ini,” ujar Kabid Pencegahan Penularan Penyakit dan Penanggulangan Bencana Dinkes Kota Batu, dr. Suzana Indahwati.

Baca juga:
Polresta Malang Kota Kawal Distribusi 9.808 Bilik Suara ke Lima PPK

Bapenda Luncurkan 288.233 SPPT PBB 2024, Targetkan Realisasi Rp73 Miliar

Kadinkes Batu Tersangka Korupsi Pembangunan Puskesmas Bumiaji, Rugikan Negara Rp300 Juta

Tomoro Coffee Kenalkan Varian Baru Master S.O.E Gunakan Biji Kopi Kintamani

Penyakit kusta merupakan golongan adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Kusta umumnya dapat ditangani dan jarang menyebabkan kematian. Namun penyakit kusta berisiko menyebabkan cacat. Hal ini membuat pasien kusta berisiko mengalami diskriminasi yang dapat berdampak pada kondisi psikologisnya.

Selama ini banyak masyarakat yang berpandangan bahwa kusta merupakan penyakit keturunan bahkan dianggap kutukan. Stigma dan diskriminasi kepada penderita tersebut yang ingin dihapus melalui peringatan Hari Kusta Sedunia 2024 mengusung tema “Beat Leprosy” atau “Kalahkan Kusta”. Hari Kusta Sedunia diperingati setiap hari Minggu terakhir bulan Januari.

Ia menyampaikan, peringatan Hari Kusta Sedunia bertujuan untuk untuk menciptakan kesadaran terhadap stigma yang melekat pada penyakit ini. Yakni dengan menyadarkan bahwa kusta adalah penyakit yang disebarkan oleh sejenis bakteri dan dapat disembuhkan. Sementara tema “Beat Leprosy” sebagai pengingat yang kuat akan perlunya mengatasi aspek sosial dan psikologis penyakit kusta, di samping upaya medis untuk menghilangkan penyakit tersebut.

“Tema ini menyerukan kepada dunia agar kusta tidak lagi menjadi sumber stigma, melainkan sebuah kesempatan untuk menunjukkan belas kasih dan rasa hormat kepada semua individu. Jadi bukan disebabkan kutukan, guna-guna, makanan atau penyakit keturunan seperti yang masih banyak timbul anggapan di masyarakat,” seru Suzan.

Suzan menjelaskan, kusta merupakan penyakit menular yang tidak mudah menular. Penularan kusta terjadi karena melakukan kontak lama dengan penderita. Secara statistik hanya 5 persen saja yang berpotensi tertular. Sebagai ilustrasi dari 100 orang yang terpajan, 95 persen di antaranya tetap sehat, 3 persen tertular dan sembuh sendiri tanpa obat, sedangkan 2 persen lainnya menjadi sakit dan perlu pengobatan.

“Tidak semua orang serta merta tertular kusta begitu kontak dengan penderita. Penderita yang tak diobati dapat menularkan kepada orang lain yang kontak lama dengan penderita, misal tinggal serumah atau tetangga dekat, bisa melalui pernapasan,” terang Susan.

Ia menambahkan, Dinkes Kota Batu tetap berusaha melakukan upaya deteksi ini, melalui kerjasama penemuan kasus dengan dokter spesialis kulit di semua rumah sakit Kota Batu. Serta pemberian edukasi cardinal sign kusta (bercak kulit mati rasa, penebalan syaraf disertai gangguan fungsi serta hasil pemeriksaan skin smear positif) kepada masyarakat.

“Puskesmas di Kota Batu mampu melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk diagnosa kusta dengan didampingi Dinas Kesehatan. Pengobatan kusta gratis di seluruh puskesmas se-Kota Batu,” ujar dia.